Kamis, 27 Oktober 2011

Seorang buta untuk suami anakku

Seorang buta untuk suami anakku
Oleh: efendi ( Razan_zahir )



Ia sering melamun di teras rumahnya. Memandangi burung-burung yang bermain saling berkejaran. Hinggap di dahan-dahan pohon mangga nya yang sudah berbunga.Daun-daunnya bergoyong terhempas tubuh seekor burung yang bersembunyi di balik rindangnya. Suasana begitu sepi, tidak terlihat lagi anak-anak bermain kelereng di halaman depan mungkin dikarenakan hari yang sudah beranjak menuju malam.


“Yah, ini teh nya” ucapan syahrah membuyarkan lamunannya.


Syahrah adalah anak perempuannya satu-satunya. Setelah kematian istrinya, maka tinggal ia sendirilah yang harus menjaga anak semata wayangnya itu. Usia syahrah sudah terbilang matang untuk seorang gadis dapat segera menikah. Membangun bahtera rumah tangga dan segera memberikan seorang cucu buatnya yang sudah mulai renta agar suasana yang sepi di rumah ini dapat tergantikan tawa dan keceriaan anak-anak. Namun, hingga sekarang belum juga ada seorang pemuda pun yang datang melamar anak gadisnya itu. Hal inilah yang menjadikan kegusaran berkecamuk di hati nya. Kekwatiran orang tua terhadap kebahagiaan anaknya, Ia takut kalau sampai anak gadisnya menjadi perawan tua.


“ayah sedang memikirkan apa?” tanya syahrah. Setelah menyuguhkan minuman, ia tidak beranjak masuk melainkan duduk menemani ayahnya.


“ayah sedang memikirkan kamu nak…” ia menarik napas panjang seperti ada sesuatu yang menyempitkan rongga pernapasannya. Di serutnya sedikit-sedikit teh manis yang dibuatkan untuknya.


“jangan terlalu ayah pikirkan. Allah pasti akan menunjukkan jodoh yang terbaik untuk syahrah” ungkap syahrah yang mengerti apa sebab kegelisahan yang mengganggu di pikiran ayahnya.


Bukan nya tanpa usaha, jalan perjodohan pun pernah dilakukan. Beberapa kali saudara-saudaranya pernah membawa lelaki untuk dikenalkan kepada syahrah. Namun setelah pertemuan, tidak ada seorang pun diantara pemuda-pemuda itu yang datang kembali untuk melanjutkan silahturahmi. Ya.. mereka menolak syahrah.


“maaf… sepertinya saya tidak akan cocok dengan anak gadis bapak” seperti itulah ucapan yang terlontar dari mereka.


Penolakan pemuda-pemuda itu bukan nya tanpa alasan. Mereka mungkin saja terkejut setelah bertatap muka dengan syahrah.
Ya.. wajah syahrah memang tidak cantik, ia mengalami cacat pada bentuk wajahnya sudah dari lahir, meski begitu ia tidak pernah marah atau benci setiap ada oarang yang merasa jijik atau mencibir dirinya. Sedari kecil ia sudah terbiasa mendengar ejekan dari orang lain. Wanita jelek, orang aneh, si buruk rupa, bahkan ada yang menyebutnya dengan kata-kata yang lebih tak enak lagi untuk di dengar.


“biarkanlah yah.. itu hak mereka untuk menjauh. Semoga Allah selalu memberi ketabahan buatku”


**
Suatu kali datanglah seorang ibu dengan menuntun seorang pemuda yang gagah. Namun ternyata ia seorang pemuda buta. Pemuda itu kehilangan penglihatannya sebab kecelakaan yang pernah di alaminya.
Meskipun buta, pemuda tersebut terlihat begitu sopan. Sebelumnya ia adalah seorang pengajar di sekolah dasar, namun setelah penglihatannnya hilang maka saat ini ia bekerja seada nya, bahkan menjadi seorang tukang pijit.


“adapun maksud kedatangan saya adalah untuk melamar anak gadis bapak sebagai isteri buat anak lelaki saya ini. Rahman, namanya” ucap sang ibu mengungkap maksudnya.


Si ayah terdiam. Ia menimbang-nimbang di dalam hatinya. Matanya memandang kepada syahrah yang sudah duduk di sampingnya setelah selesai menyuguhkan teh. sepertinya ia tidak mampu memberikan jawaban yang tepat di saat hatinya sedang gelisah. Haruskah ia menikahkan anaknya dengan seorang yang buta. Apakah memang sudah tiada pemuda lain yang mau menerima kekurangan anak gadisnya itu.


“syahrah anakku…. Ku serahkan semua keputusan padamu”


Syahrah dengan nada bicaranya yang lembut menjawab.
“bilakah ia memang tulus melamarku. Maka tidak ada alasan bagiku untuk menolak. Semoga dirinya adalah jodoh terbaik yang di berikan Allah”


“bilakah benar engkau menerima, maka katakan lah Mahar apa yang kau inginkan?” ucap Rahman.


Syahrah dengan tenangnya berkata.
“pinang aku karena Allah, sanjung diriku dengan lantunan ayat suci Al Qur,an, hadiahkan padaku sebuah mukena dan bimbinglah aku dengan keimananmu”


**
Acara pernikahan dilangsungkan sebulan kemudian. Dengan sederhana dan bernuansa kekeluargaan yang kental. Setelah pernikahan, desas-desus di kalangan masyarakat pun mulai tersebar dan sungguh tidak enak di dengar.


“pasti sudah tidak ada lagi yang menyukainya. Maka nya orang buta pun diterima” begitulah parau suara di masyarakat.


Syahrah tidaklah memperdulikan perkataan dan cibiran orang terhadap keluarga dan dirinya. Baginya, menjadi seorang isteri yang baik untuk suaminya adalah tugas yang lebih mulia, tak perlu mendengar pendapat masyarakat terhadap keluarganya. Namun lain halnya dengan ayahnya, ia masih saja merasa ada kekwatiran. Walau terkadang rasa kekawatiran itu menghilang tatkala ia melihat anaknya begitu bahagia dan sepenuh hati melayani suaminya. Jauh di dalam hatinya, sesungguhnya dirinya juga merasa bahagia karena memiliki menantu yang Alim dan sayang kepada anak gadisnya itu meskipun menantunya itu hanyalah seorang yang buta.


Matahari mulai tengggelam. Cahaya nya dari balik pohon mangga sudah mulai menghilang. Disaat seperti ini, ia pasti sedang bersantai di beranda duduk menikmati suasana sore dan kali ini di temani syahrah. Menantunya yang buta sedang beristirahat di kamar.


“assalamualaikum…” ucapan salam terdengar dari halaman. Seorang pria berjalan menghampiri mereka.


“waalaikumsalam.”


“Abdul… silahkan masuk” ucapnya.


Pria tersebut adalah Abdul, paman dari suaminya syahrah. Ia bekerja sebagai pedagang dan tinggal jauh di luar kota. Setelah mempersilahkan duduk, mereka pun saling bercakap-cakap.


“gimana usaha mu, lancar kah?”


“alhamdulillah pak, lancar.”


Setelah berbincang sedikit. Selain untuk bersilahtuhrahmi, Abdul pun mengungkapkan maksud kedatangannya


“saya datang kemari untuk megajak Rahman ke kota. Ada teman saya, ia seorang dokter specialis mata. Saya ceritakan tentang kondisi mata Rahman padanya dan menurutnya, penglihatannya bisa di pulihkan kembali”


Raut wajah si ayah berubah. Ia seperti orang yang sedang kebingungan, ada sesuatu yang merisaukan hatinya.


“masalah biaya, biar saya yang menanggungnya” tambah Abdul.


Ia masih saja diam. Dalam kepalanya berhamburan prasangka dan kekhawatiran. Bagaimana tidak! Jika sampai menantunya bisa melihat lagi. Tentu saja ia akan dapat melihat wajah syahrah anaknya . Ia kwatir nanti menantunya itu akan menceraikan Syahrah dan meninggalkannya seperti pemuda-pemuda lain.


“tidak usah lah di dengarkan. Paling hanya harapan-harapan kosong yang mereka berikan” ucapnya berusaha mempengaruhi Abdul.


“ijinkan lah yah… bila memang ada harapan untuk suamiku bisa melihat. Maka biarkan mereka mencobanya, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang tidak berputus asa” sahut syahrah dari arah pintu. Ia berjalan sambil membawa minuman.


“tapi…”


“syahrah mengerti ke khawatiran ayah. Aku pun menginginkan yang terbaik buatnya, Alhamdulillah bila suamiku bisa melihat kembali”potong nya.


Kembali ia hanya bisa terdiam. Ia mencoba menyakini perkataan anak perempuannya itu. Walau perasaaan kwatir masih saja berkecamuk di dalam kepalanya.


Tiba-tiba menantunya yang buta itu sudah ada di di depan pintu. Muncul dengan tergopoh-gopoh dan menjadikan dinding sebagai pemapah dan penuntun jalannya. Dengan sekejap syahrah menghampiri suaminya itu, kemudian di tuntunkannya ke kursi.


“dari tadi aku sudah mendengar pembicaraan kalian. Aku mengerti kerisauan ayah.” ia diam sejenak menarik napas panjang, “bagiku… dialah wanita tercantik. Meski mataku tiada melihat namun hatiku sunguh merasa. Ketaatan dan kepatuhannnya kepada Agama dan suaminya, menunjukkan padaku pekertinya yang baik. apalagi yang dicari seorang pemuda selain istri yang soleha. Apapun yang terjadi! Aku takkan melepas Syahrah”


Ia sungguh terkejut, mengetahui menantunya itu telah mendengar pembicaraan mereka sedari tadi. Ia masih tak sepenuhnya yakin dengan perkataan Rahman meski dia tahu kalau menantunya itu termasuk anak yang Alim. Namun apakah benar bila kelak menantunya itu dapat melihat kembali maka ia tidak akan meninggalkan istrinya yang tidak lain adalah anak gadisnya yang buruk rupa.


“bagiku, ia selayaknya Gaharu kehidupan, bakarlah.. maka mewangian di dalamnya akan semerbak menenangkan hatimu” tambah menantunya.


*
Senja terganti malam. Mata-mata terkantuk dalam lelap, semua manusia terhanyut dalam mimpi dan ketenangan hati. Kecuali dirinya, ia masih saja belum tertidur memikirkan prasangka dan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi pada anak gadisnya esok hari. Kemudian tanpa sadar sekejap saja matahari sudah muncul kembali.


“hati-hatilah kalian di jalan. Semoga Tuhan menunjukkan hidayahnya”


Sebelum Zuhur mereka berangkat. Syahrah ikut menemani suaminya untuk berobat ke kota. Terik matahari menemani, kendaraan mereka perlahan hilang di ujung jalan dan Ia tetap berdiri melepaskan kepergian mereka dengan harapan bila kelak operasi mata itu berhasil maka ia meminta agar Tuhan tidak memutar balikkan hati menantunya itu.


Matahari terus bergantian berjaga dengan bulan, sudah sering kali bundaran merah di angkasa itu melangkahinya. Detik berganti menit pertanda waktu takkan pernah menunggu.Ia menatap pada jalan setapak menuju rumahnya, menantikan anak dan menantunya pulang dari berobat di luar kota. Rasa kegelisahan dan kekhawatiran terus saja membayanginya. Bilakah operasi mata itu berhasil, akankah masih ada menantu buatnya.
Apakah benar menantunya itu takkan meninggalkan istrinya apabila ia telah melihat?
Apakah….?
Ya, begitulah kekhawatiran selalu muncul dalam kepalanya seperti awan mendung yang terus menjatuhkan hujan.


Baru sesaat melayangkan pikir, derap kaki diatas tanah kering berkerikil membuyarkan segala lamunannya.
Ia bangkit dari tempat duduk nya. Menatap pada sepasang manusia yang berjalan ke arahnya. Aroma syurga semerbak kala itu, betapa cahaya yang begitu pesona muncul dari belakang tubuh mereka. Ya, menantunya telah pulang dengan menggenggam erat tangan syahrah. Betapa rona bahagia terlihat dari raut wajah mereka. Senyum itu mengembang seperti bunga yang sedang menikmati musim semi nya.


Sejurus angin yang mendesir di dekatnya, sebentuk suara lembut menggema di telinganya.
“Ayah, subhanallah… karena Allah telah membukakan kembali kedua mata suamiku tanpa menutup mata hatinya”


(kandang kancil, 2 oktober 2011)

Minggu, 04 September 2011

download kumpulan cerita kancil n de geng

cerita tentang ke usilan kancil dan geng nya sekarang sudah ada dalam format pdf. ternyata lebih seru! bagi yang pengen ngebaca nya bisa di download di link ini http://www.ziddu.com/download/16283976/Kumpulanceritakancilndegeng.pdf.html

Kamis, 18 Agustus 2011

Pandang ia kala tidur, kau kan tau sebuah rahasia

Kedua jarum penunjuk waktu sudah saling bertemu di pertengahan. Rembulan benar-benar berada di puncak langit memandangi sebagian dari manusia yang masih saja terjaga.

“dari mana nak?” tanya seorang ibu yang dari tadi menunggu anak bungsunya, walau sampai terkantuk-kantuk dan tak menyadari kalau setetes demi setetes darahnya telah dijarah oleh yamuk-nyamuk yang terus hiruk-pikuk di sekitarnya.

“dari rumah andra” andi masuk kedalam kamar kemudian keluar lagi sambil mengenakan sweater hitam, “malam ini aku akan menginap di rumah andra”

“ngapain nak, nanti ayahmu marah” tergurat sedu di wajah seorang ibu yang mencoba menahan langkah anaknya untuk beranjak keluar.
Ibu memahami benar watak suaminya. Ayahnya tidak suka kalau anak-anaknya sering berkeluyuran malam-malam. Apalagi sampai menginap di rumah orang tanpa ada alasan yang jelas.

Andi berhenti, membalikkan badannya dan menatap ibu yang berdiri di belakangnya.
“kenapa dirumah ini, aku merasa seperti di batasi” andi menggerutkan dahi “aku kan sudah dewasa!”tambahnya.

Ia berbicara seolah mengerti benar tentang kedewasaan dan makna kebebasan yang sebenarnya ia baca dari coretan-coretan di tembok dalam gang rumahnya.
Sebuah makna yang harus juga ia ketahui cara menyikapinya.
Sesaat kemudian, suara deru roda bergumal dengan kerikil dan dentuman kayu-kayu tua penyangga gerobak telah menghentikan debat ibu dan anak.
Suaminya pulang, ibu memahami jelas derap langkah kaki itu.

“assalamualaikum”

“waalaikumsalam” ibu menyahut salam.

Ayah masuk dengan wajah lesu. Tampak jelas kalau ia sangat lelah sekali. Ibu membantu membereskan dan membawa masuk sisa dagangan yang tidak habis terjual.
“mo kemana di?” ayah menatap pada andi yang sedang berdiri di depannya.

“aku mau nginap dirumah andra malam ini”

“tidak usah! buat apa kau bertandang dirumah orang. seperti nggak punya rumah aja”

Ayah melarang keinginan andi apalagi ketika ia mendengar nama andra. menjual makanan keliling adalah pekerjaan ayah. Mungkin karena itu, Dia tau benar masalah-masalah yang sering dibicarakan oleh orang-orang kampung, terutama tanggapan orang tentang andra yang dikenal berperangai kurang baik. Pernah beberapa kali warga melihatnya berpesta minuman keras bersama teman-temannya yang berasal dari luar kampung.

“kalian semua sama saja! Aku seperti di penjara dirumah ini” andi meninggikan suaranya.

“kau!!…” suara ayah terputus dan tak sadar tangan kanan nya sudah terangkat sejajar dengan kepala hendak menampar andi.

Namun hal itu urung dilakukannya. Andi berbalik dan berjalan masuk ke kamarnya. Entah sengaja atau tidak, pintu kamar berdentum cukup keras sempat mengejutkan ibu yang hanya mampu mengusap-usap dada. Ayah hanya berdiri tertagun mencoba menahan emosi yang saat itu merongrong di kepala. Kakinya terasa begitu lemas seakan kehilangan daya untuk mengangkat berat tubuhnya, dengan tergopoh-gopoh ia merebahkan tubuhnya diatas tikar yang sudah tergelar di ruang tamu.

Andi mengumpat di dalam kamar, beberapa kali genggaman tangannya dipukul-pukulkan ke bantal sebagai pelampiasan kekesalannya.

***
Khairul melangkah masuk lewat pintu belakang. Di pagi seperti ini, biasanya ibu telah bangun untuk menyiapkan sarapan dan bersiap berangkat ke pasar untuk belanja keperluan rumah dan dagangan ayah nanti.

“sarapan nya apa bu?” khairul menghampiri ibu yang sedang merobek bungkus mie instant.

“kau sudah pulang rul, sebentar lagi mie rebusnya siap” ucap ibu pada anak lelaki kedua nya yang baru saja pulang dari piket malam sebagai satpam disebuah perusahaan swasta. Khairul masuk keruang tamu dan mendapati ayahnya yang sedang tertidur di ruang tamu. Ia kembali ke dapur dan menghampiri ibu yang sedang mengangkat mie rebus yang telah matang.

“ayah kenapa tidur di ruang tamu bu?” Khairul menarik sebuah kursi dan mendudukinya.

Ibu meletakkan mangkuk yang di genggam nya ke atas meja makan. Ia duduk dan menceritakan segala hal yang terjadi malam tadi pada Khairul. Mendengar segala cerita dari ibu nya dan melihat air mata itu jatuh membasahi pipi seorang ibu sungguh membuatnya tidak tenang. Serasa tak mampu di telannya mie yang telah di hidangkan di atas meja. Namun emosi yang merasuk masih tetap mampu dikendalikan olehnya.
Ibu berangkat ke pasar setelah membuatkan segelas teh manis untuknya. Dengan segelas teh manis hangat, Khairul mencoba menenangkan diri.

Andi sudah bangun. Dia berjalan menuju ke kamar mandi
melewati Khairul yang sedang duduk di meja makan.

“ndi, sini sebentar” Khairul memanggil nya, sesaat setelah ia keluar dari kamar mandi,
“kau berkata kasar ya sama ayah?”

“enggak ah…” jawabnya dengan tertunduk.

Khairul adalah abang yang paling dia segani. Di bandingkan abang sulung nya yang telah menikah dan sekarang tinggal di luar kota.

“kau tak usah menyangkal. Ibu sudah menceritakan semua nya sama abang” Khairul menunjukkan tatapan serius.

“Taa…pi..” andi belum sempat menyelesaikan ucapannya...

“karena sikapmu, sampai ibu menjatuhkan air mata nya” ucap Khairul memotong.

Andi hanya terdiam dan menundukkan kepala saja.
Khairul beranjak dari tempat duduknya dengan langkah yang agak dipelankan, ia mengajak Andi menuju keruang tamu
Khairul menunjuk pada ayah yang masih tertidur.

“kau lihat wajah itu.. kenalkah kau siapa dia?” ucap Khairul dengan suara yang sedikit dipelankan.

“tentu saja aku tau, itu kan Ayah” jawab Andi yang bingung dengan maksud pertanyaan yang di lontarkan oleh abangnya.

“kalu begitu, sanggupkah kau melihat air mata menetes membasahi wajah itu. Sanggupkah kau mengusir senyuman dari bibir itu dan sanggupkah kau berkata kasar di hadapan dia yang kau panggil Ayah”

Andi terdiam, seperti ada sesuatu yang masuk kedalam dada nya. Menusuk-nusuk di jantungnya dan perlahan mendaki ke atas kepalanya.

“kau lihat tangan itu… berapa kali kau menciumnya”
Andi tak mampu menjawab dan juga tak mampu memalingkan pandangannya. Ia terus menatap pada Ayahnya yang masih tertidur.

“dengan tangan itu, ia sudah memelukmu berkali-kali. Membangkitkanmu berkali-kali ketika kau terjatuh. Mengajarimu tentang hal yang belum kau ketahui dan berkali-kali menuntunmu kembali pada jalan yang sebenarnya disaat kau hampir salah jalan”

Andi mulai tak kuasa menahan gejolak yang menyesak di dada dan perlahan mencoba mendesak keluar dari matanya. Menahan perasaaan itu membuat wajahnya memerah.

“kau lihat kaki itu… pernah kah kau memijatnya”

Sekali lagi andi tidak mampu menjawab. Lidahnya serasa kaku dan membatu, tiada kata yang bisa terucap dari mulut ini ketika sebuah jiwa dilanda perasaaan bersalah.

“Dengan kaki itu, ia mengayuh pedal becak bertahun-tahun, berkeliling desa hanya untuk keluarganya. Bertahun-tahun memikul beban dengan berpijak hanya pada kedua kaki itu… kaki itu…”

Air mata jatuh di pipi Andi. Membasahi nurani dan hatinya yang sempat kering. Hasratnya serasa ingin menggenggam kedua tangan pria yang sedang tertidur di hadapannya. Berucap kata maaf dan menangis di pelukkannya. Namun ego masih saja menjadi pengganjal, membuatnya tak mampu melakukan itu.
Andi berjalan ke kamar meninggalkan Khairul yang berdiri di sampingnya.
Ia tak menahan langkah Andi, seakan ia menyudahi kata-katanya.
Khairul tau benar….
Kalau Andi sekarang telah memahami maksud dari perkataan yang di ucapkan pada nya.Air mata yang menetes di pipinya sebagian tanda dari luapan rasa bersalah.


kandang kancil.18 agustus 2011

Jumat, 08 Juli 2011

perjamuan setan



Malam membuntungkan jam
Hingga waktu kehilangan tangannya untuk menghitung
Kau menghadiri perjamuan setan
Dimana harapan dan masa depanmu ditumbalkan
Dibakar dalam kompresi nafsu yang tersulut api
Ketika air dalam botol di suguhkan
Sekejap menjadi barang pujaan
Ada sirih, hendak makan sepah
Menghantar jiwa,
Pada kehidupan tanpa budaya
Melerai beban yang tersimpul
Pada punggung yang lelah dan putus asa
Sementara dirimu menjadi pemilik bumi
Dalam dunia gelap tanpa lelap

Perjamuan setan belum usai terhadapmu
Hidangan utama lahap disantap
Dalam serbuk, kau hirup
Dalam cair, kau tusuk
Menghantarmu kesekian kali
Berterbangan di dunia imajinasi
Dunia kosong,
Yang merongrong jiwa hingga mati
Apa boleh buat, sakit menimpa sesal terlambat

mendadak phobiapinker

Pagi ini parakancil akan berangkat menuju rumah salah satu teman kami yang baru menikah beberapa bulan yang lalu. Namaya nyok. Semua berkumpul di depan warung bang man.
“ndul, mana?”tanya ku pada mereka sebab hanya ndul yang belum menampakkan batang hidung nya.
“ya nggak tau lah.. ko kan juga tau kalo anak tu lama dandan nya.”sambut mawan.
“cem cewek aja!”
Tak berapa lama akhirnya ndul muncul.
“ha! Nggak salah pakaian ko tu!”aku melongo melihat jaket berwarna pink yang ia pakai.
“lagi tren ni!”
“tren apaan? Malu-maluin baru bener!”
“he..he.. maaf, ni jaket cewekku. Jaketku masih basah di jemuran”
“mm.. dasar! Udah nunggui kau lama kali, gitu muncul malah bikin sensasi”
“udah lah… ngapain di bahas lagi. Kan udah kumpul semua, jadi ayo berangkat biar nggak terlalu panas”ucap tengku.
Perjalanan menggunakan sepeda motor ini memakan waktu 3 jam untuk tiba di rumahnya. Beberapa kali kami terpaksa harus naik bukit dan turun lagi, melewati sungai, menghindari jurang serta menghadapi hewan buas dan hampir tersesat di antara rimbunan cemara (ha..ha.. da cem di hutan aja tinggalmu kawan).
Di tengah perjalanan kami singgah sebentar di tempat pengisian bahan bakar untuk sekedar mengisi bensin dan ke kamar mandi.
Aku, manyu dan mawan berjalan menuju ke kamar mandi berencana untuk buang air kecil. Selesai melepaskan beban yang tertahan cukup lama, aku mencuci tangan di wastafel yang ada di kamar mandi itu.
Ku bersihkan tanganku menggunakan handuk kecil berwarna pink yang tergantung.
“wah! Handuk cewek ni..”ucapku.
“woi! Gantian!” ucap manyu, tiba-tiba merampas handuk tersebut.
“entar dulu belum kering ni..”
Entah kenapa, untuk membersihkan tangan saja kami jadi saling berebutan.
“ngapain kalian!”teriak seseorang bertubuh besar dan berkulit gelap dari pintu masuk kamar mandi.
Kami sentak terdiam.
“ini handukku! Tadi ketinggalan!” uacap pria itu sambil mengambil handuk berwara pink tersebut dari tanganku.
Kami terperangah untuk beberapa saat.
“garang-garang gitu tapi suka nya Pink! Nggak banget bok..”ucap manyu sambil menirukan gaya bahasa seorang anggota “LENTIK(lelaki berpenampilan cantik)
Gelak tawa timbul di dalam kamar mandi tersebut. Selesai melampiaskan hasrat yang tertahan selama separuh perjalanan.
Kami melanjutkan kembali sisa perjalanan kami.
nyok dan isteri nya telah menunggu. Mereka menyambut kedatangan kami di depan rumah nya.
“hai.. gimana perjalanan nya?” ucap nyok.
“wih.. parah banget, udah tepos ni bokong”
“he…he.. maaf lah kalo begitu”
“oya, gini aja sambutan mu sama kami?”ucapku.
“mau nya gimana?”nyok balik bertanya.
“harusnya ko sambut dengan iring-iringan tari dan musik serta kalo ada sambutan cewek-cewek cantik juga boleh”
“kalo itu sich, mau nya kau!!”
Cuaca panas dan debu yang kami hadapi selama perjalanan membuat wajah kami berminyak, berdebu dan gelap (kalo gelap nya sich udah bawaan lahir.he..he..)
“kamar mandi kalian dimana nyok?”tanya manyu.
“o.. mau kekamar mandi ya? Terus aja lalu belok kiri”ucapnya menjelaskan.
Aku pun bergerak berdasarkan petunjuknya dan di ikuti oleh teman-teman lainnya.
“cukup besar juga rumah mereka ini ya?”ucap ntel.
“yailah,walupun orangnya kecil tapi rumahnya nggak boleh kecil”jawab manyu.
“napa ko tutup hidung nyu?”
“mmmm… maaf ya ntel, ko nggak sadar kalau mulutmu tu bau banget! Ko nggak pernah gosok gigi ya?”
“woi.. enak aja ko, kau tu yang nggak pernah gosok gigi.. mang ko sendiri sering gosok gigi?” Tanya ntel balik.
“ ya sering lah, aku 3 kali sehari.. pagi hari setelah sarapan,siang hari setelah makan siang dan malam hari sebelum tidur.” Jelas manyu.
“gitu aja ko sombong.. aku dong 12 kali.” Jawab ntel sombong
“wah… bagaimana hitungannya?”Tanya manyu bingung.
“januari,pebruari,maret,april,mei,juni,juli,agustus,September,oktober,November dan desember” jawab ntel dengan gamblangnya.
“@#$%^^&*!! Sama juga boong!” ucap manyu kecewa
Begitu masuk kamar mandi nuansa kewanitaan langsung terasa, cermin yang besar dan koleksi perlengkapan mandi yang lengkap mulai dari botol yang kecil, sedang, besar, bulat, lonjong dan bentuk lainnya (mmm…itu buat mandi atau buat masak. Pantes aja wanita kalo udah dikamar mandi pasti lama banget).
Cari sana-sini, bongkar kanan-kiri, tapi tetap tidak kami temukan juga sabun mandi nya.
Di pojok kamar mandi ku temukan botol kecil yang tutup nya sudah terbuka.
“mm..ni mungkin pembersih muka nya. Tapi kenapa warna botolnya pink ya..” ucapku pada mereka.
“yakin ko tu?”tanya manyu.
“tapi di botol nya tertulis ‘membersihkan dan menyegarkan… kalo kelanjutan tulisannya memang nggak terlihat begitu jelas”
“udah kita pakek aja!”potong mawan yang merebut botol tersebut dan menuangkannya ke telapak tangan. Tak mau banyak berpikir, Kami pun ikutan.
Sedikit ragu, ketika di ketahui isinya nya berbentuk cair. Tapi karena wajah kami yang sudah terlalu kering dan gersang maka tak memperdulikan apa-apa lagi.
Setelah disapukan ke wajah, tetap tak ada busa nya.
“hal ini sungguh aneh?”ucapku dalam hati
Dengan rasa penasaran, kuraih kembali botol tersebut. Dengan suara keras dan seksama ku membaca tulisan kecil yang masih terlihat di botolnya.
“FEMINE CLEANSER, membersihkan dan menyegarkan daerah kewanitaan anda”
“@#$%JI$%%8*(“ teriak kami bersamaan.
segera wajah kami dibasuh dengan air bersih.
“ni gara-gara kau nyu.. maen pakai aja!”ucapku
“klen sendiri yang salah. Napa juga ikut-ikutan?”
Kami pun akhirnya keluar juga dari kamar mandi yang menghebohkan itu.
“nyok.. pinjam baju kaos mu lah? Panas baget pakai baju kemeja.”ucap mawan.
“pakai yang ini aja lah nyok…” tanpa memperhatikan apapun mawan meraih baju kaos berwarna pink yang tergantung didinding dan segera mengenakannya.
Ndul dan mawan sudah ada rencana untuk berjalan-jalan sebentar keliling desa.
“nyok.. itu sepeda motor matic mu ya?”mawan menunjuk kearah sepeda motor yang sedang diparkir di beranda.
“o.. iya. Biasanya istriku yang sering pakai”
“kalo gitu kami pinjam bentar, boleh?”
“boleh aja.. klen mo kemana? Ntar kalian nyasar”
“kami cuma mau ke ujung jalan sana aja”
Ndul dengan memakai jaket pink nya membonceng mawan mengelilingi desa itu.
Di sepanjang perjalanan, tatapan mata orang-orang yang kami temui di jalan menampakkan raut sinis dan sebagian lagi malah tertawa-tawa.
“ko ngerasa ada yang aneh nggak?”bisik mawan di telinga ndul.
“aku ngerasa kalo mereka memperhatikan kita dari tadi”ucap ndul.
“udah lah nggak usah kita pedulikan. Kita singgah sebentar di warung sana, aku mau beli rokok”
Ndul memarkirkan sepeda motor di depan warung.
”pak beli rokoknya?”
Pemilik warung pun memenuhi permintaan mawan. Namun di wajah bapak itu terlihat jelas ada keinginan tertawa yang tertahan.
“maaf ya dek.. pasangan ya?”
mawan terkejut mendengar ucapan bapak itu.
“pasangan gimana pak?”ndul datang menghampiri dengan raut bingung
“baju nya sama-sama kompak, sepeda motornya juga. Ditambah lagi tulisan di bajumu”
“ha! Tulisan?” mawan membalikkan badannya, “ Coba ko baca apa tulisan di belakang baju yang ku pakai ini ndul..” tambahnya.
“PENGANTIN BARU”ucap ndul.
“mm.pantes lah setiap orang memperhatikan kita! Udah baju kita sama-saman pink, sepeda motornya juga pink ditambah lagi tulisan Pengantin baru.”
“berarti dikira orang-orang, kita tu ‘ Pasangan sesama jenis’!”
“GAY dong!!”
“yaiya! mm.. malu-maluin aja, balik yuk?”
Mereka melajukan sepeda motornya menuju kembali kerumah nyok.
Sesampai dirumah, kepala nyok pun di tempeleng.
“napa nggak ko bilang kalo yang ku pakai ini baju pernikahan kalian?”ucap mawan.
“ko sendiri yang maen pakai aja. Mang nya kenapa?”
“gara-gara ni baju, kami di ketawai orang-orang sekampung karena di sangka pasangan sesama jenis.”
Kami yang mendengar cerita mereka pun tertawa terpingkal-pingkal.
“tapi cocok juga kok!”ejek zul.
Wkwkwkkwkwkwk
Hari sudah menjelang sore. Waktu nya buat kami kembali pulang.
Semua mempersiapkan kendaraan masing-masing.
“nyok.. disini tempat isi pulsa di mana?”tanya mawan.
“ko mau isi pulsa ya? Di sepanjang jalan ini ada tu”
“woi.. ntar kita singgah isi pulsa bentar ya?”
“yaudah…”sahut tengku.
Setelah berpamitan dengan nyok dan istri nya maka kami segera melajukan sepeda motor kami meninggalkan mereka.
Baru melaju beberapa meter, mawan mengingatkan lagi untuk singgah sebentar di tempat pengisian pulsa.
Manyu menghentikan sepeda motornya di depan sebuah warung.
“nah..disini tempatnya!”
Kami semua pun ikut berhenti dan memandang kearah warung tersebut.
“HA!! Toko berwarna Pink!. Nggak usah lah, kabur!”teriak mawan yang seperti nya menjadi trauma mendadak dengan sesuatu yang berbau PINK.

Senin, 13 Juni 2011

parakancil toing to de beach

Langit tampak indah di malam itu. Bintang-bintang berhamburan tiada yang mengutip. Rembulan bersinar nyaris satu lingkaran penuh.
Di warung Bu ‘balap’ kami hanya berkumpul dan serasa bosan.
“Ni malam kita ngegokil di pantai yuk?” ucap Manyu memecah keheningan yang sejenak hampir menguasai kami.
“mang nya mo ngerayain apaan? Syukuran atas sunattan mu yang kedua ya” sambut Zul.
“Pala mu! habis dong kalo dipotong lagi”
Semua tertawa mendengarnya.
“Nggak ngerayain apa-apa, hanya saja dirumah ku ada ayam yang bisa kita panggang. Gimana kalo kita bawa ngembun kepantai dan makan rame-rame disana” jelas Manyu.
“Nah, kalo itu boleh juga” sambut ku yang dari tadi asyik online di handpone.
“Kau tu, kalo udah masalah makanan, kupingmu langsung dengar” ucap Zul.
“He..he.. maklum masa pertumbuhan. Aku kan juga tergabung dalam ‘MAMI WABAH’”
“Perkumpulan apaan tu?”
“Makan Minum Wajib Banyak”
“Mm..dasar ‘MENTAH APAJA!” balas Zul.
“Kalo itu apaan pulak?”
“Manusia Entah Apa-apa Aja!!”
Manyu beranjak untuk mengambil ayam di rumah nya.
Setelah berkumpul kembali, maka tanpa persiapan apa-apa kami pun berangkat dengan menaiki sepeda motor masing-masing.
Satu jam perjalanan sudah dilalui, akhinya tiba juga dipantai. suasana tidak terlalu ramai.Tak perlu menyewa gubuk sebab pemilik nya sudah tertidur pulas.Dipilih gubuk yang dekat dengan pantai, walau terbuat dari kayu tapi lantai nya di buat tinggi hingga tak menyentuh kepasir.
“Udah tunggu apa lagi, kita buat api nya” teriak om Tengku.
“Ayo lah, da laper ni. Klen buat dulu tempat bakarannya biar aku ama mawan yang cari kayu bakar” ucap ku.
“Ha..kita! cari kayu dimana?” Mawan kaget sembari memandang ke sekeliling pantai yang hanya bersinarkan rembulan.
“Mm…takut kali kau! Potong aja barang mu kasih bebek” ejek ku.
“Enak aja. Ni buat masa depan, ntar bini’ ku mo dikasih apa?” jawabnya.
“Kasih TERONG!” jawab yang lainnya serentak.
“wkwkwkwkwk…” Susana penuh dengan gelak tawa.
Mawan dan aku akhirnya bergerak juga kebelakang gubuk buat mencari ranting-ranting kayu yang berserakan di tepi pantai dengan bermodalkan senter kecil dari handpone ‘jadul’nya Mawan.
“Cil..cil..lo lihat tu, da cewek dua orang bergerak kemari?” ucap Mawan.
“Mana wan, coba ko lihat kaki nya? Ntar cewek jadi-jadian”
“Gak usah bercanda ko cil..” ucap Mawan dengan nada ketakutan.
Kedua sosok perempuan itu sampai juga di hadapan kami.
“Bang, lagi ngapain? Temenin kami dong” Tegur salah seorang dari mereka.
Sinar senter ku arahkan ke mereka.
“Astagfirullah al azim” ucapku kaget, ternyata mereka anggota ‘LENTIK’(lelaki berpenampilan cantik).
“Mbak keliaran gini bisa di bawa petugas satpol PP lo..”
“hewan kale ‘keliaran!. Mang nya mo mereka bawa kemana?”
“Ya mungkin di bawa ke kantor dinas sosial”
“Kalo kami sich dibawa kemana saja oke, asal tarifnya cuocok” tukasnya dengan tangan nya yang genit menyentuh wajahku.
“wih!!maaf mas..eh..maaf mbak..lain kali aja, kami lagi sibuk” tambah ku sambil menarik tangan Mawan dan beranjak pergi.
“Hei berondong, mau kemana?” teriak mereka.
Kami tertawa terbahak-bahak di sepanjang jalan dengan rasa tak habis pikir.
“Wah gilak tu orang, merinding awak di buatnya. Serem nya udah mengalahin hantu” ucapku.
”Tapi ko suka kan di pegang-pegang..”ejek Mawan.
“iiii,,,ogah!”
Setelah tiba, ranting yang kami bawa pun langsung diserahkan ke ndul yang sudah selesai membuat tempat bakaran.
“gila! Kami tadi melihat seseorang yang nggak pake baju”
“Dimana..dimana?”ucap Ndul.
“Di gubuk sebelah sana, kami dekatin terus kenalan”
“Iya cil, PSK ya, bohai nggak?”
“Bodi nya sich BOHAI banget. kalo nggak salah nama nya Bambang!”
“@#$#%$^ING”maki ndul, “itu sich BENCONG” tambahnya.
Ndul melanjutkan kegiatannya dengan raut jengkel.
Api telah di hidupkan dan ayam pun sudah ditusuk dengan bambu.
“garam nya mana?” tanya ku.
Semua saling pandang sambil mengerutkan dahi. Tak ada yang membawa bumbu-bumbunya. Suasana menjadi hening sejenak.
“Udah sini biar ku garami” Ndul merebut ayam dari genggaman Zul. Ia berjalan kearah air. Karena tak ingin basah, jadi ia hanya mencelupkan ayam tadi ke dalam air yang merapat ke pantai.
“Nah.. udah asin nih!” ucap Ndul sembari menaruh ayam tadi diatas api.
Kami semua hanya tertagun, mencoba memahami maksud pikirannya.
Tanpa banyak berpikir lagi, sisa ayam yang lainnya pun kami celup kan juga ke air laut mengikuti cara ndul.
Setelah lama menunggu akhirnya semua ayam telah habis di bakar dan sekarang memasuki acara makan-makannya. Kami membentuk lingkaran diatas gubuk dan ditengahnya di hidangkan ayam bakar.
“Saat nya makan” teriak Tengku mengkomandoi.
Tangan sigap kami bergerak meraih potongan-potongan ayam bakar. Kondisi menjadi ricuh, semua berebutan untuk mendapatkan bagian yang lebih besar.
“TUTTTT!!!!!”suara desus terdengar di sela-sela keributan dan tercium bau yang tak sedap.
“mm… bau apaan ni?” ucapku.
“iya, bau kentut ni!”
Suasana mendadak tenang dan semua mata tertuju pada satu orang.
“NTELL!!” teriak kami semua.
“He…he… maaf, masuk angin. Lagian kalian makan aja pun pake’ rebutan.” Ungkap Ntel.
Angin pantai menepis bau tak sedap tadi. Kegiatan makan pun dilanjutkan dengan lebih tenang dan mengutamakan rasa berbagi.
“kruk…krutuk…krikk…krutuk..”
Kunyahan kami bercampur gigitan pasir.
“mm.. gara-gara kau lah ni Ndul. Jadi makan ama pasir awak jadinya” protesku.
“Udahlah..anggap aja pasirnya membantu proses pencernaan” ucap om Tengku yang tampak lahap menyantap ayam bakar yang berpasir.
Akhirnya habis juga disantap beserta pasir-pasirnya. Sekarang waktunya turun buat nyanyi-nyanyi di samping api unggun.
Zul yang memainkan gitar dan sisa nya bernyanyi dengan suara khas masing-masing.
Perutku yang sudah kenyang, membuat mataku tak mampu lagi menahan kantuk.
“wooaam..aku ke gubuk dulu ya?” ucapku sembari beranjak.
Ternyata si Ndul, Mawan, Manyu dan Ari sudah tergeletak di gubuk mencoba untuk memejamkan mata ditengah serangan nyamuk-nyamuk yang beringas.
“Woi..geser dikit napa?” teriakku menggoyang-goyang kan kaki Mawan.
“Mm..ganggu aja ko cil. Nggak muat lagi nih” balas Mawan.
“Geser dikit aja.. habisnya ‘bumper’mu besar kali pulak”
“Nggak bisa, udah sempit kali, lagian aku lagi nggak enak badan ni”
“Mang ko kenapa?”
“Kepala ku agak pening”
“Ko sakit ya..muntah-muntah nggak?”
“Tadi pagi sich muntah”
“Buang air besarmu bagaimana?”tanya ku seolah-olah ngerasa sebagai dokter.
“Kalo buang air besar sich seperti biasa, JONGKOK!”
“Mm..dasar!”
“Habisnya ko banyak tanya, da cem dokter aja! Sana…sana…”
“Yaudah kalo nggak mo geser”
Aku mundur selangkah kemudian berteriak dan melompat kearah mereka
“serangan mendadak!!”
Karena hentakkan ku yang terlalu keras dan juga bobot kami yang berat, tiba-tiba terdengar suara.
“BRUKK!!!” lantai kayu gubuk itu patah dan rubuh.

“oala woi…apa pulak pulak ulah klen tu” teriak Tengku yang berhenti bernyanyi.
“Gara-gara kau lah ni cil” ucap Ndul mencoba bangkit.
“He..he..maaf..maaf..” ucapku nyeleneh.
“Tu maka nya jangan tidur. Masa’ ke pante buat ngembun tapi klen pada ngorok!” ejek Zul.

“Yaudah.. nyanyi-nyanyi aja kita sini” paggil om Tengku.
Akibat itu ngantuk kami mendadak hilang. Kami berempat kemudian ikut bergabung bersama Zul, om Tengku, Pusek, dan Ntel.
Tak terasa hari mulai terang.
“Woi, da pagi ni balek yuk? Ntar yang punya gubuk ke buru bangun” ucap Ntel.
Semua pandangan mengarah ke gubuk.
“Wah! Parah. Hancur betul gubuk tu klen buat”ucap Manyu dengan polosnya.
“Kabur!!” teriak om Tengku.
Semua bergegas keparkiran dan melajukan sepeda motornya.

angker bin keblinger

Malam ini parakancil berkumpul di pinggir jalan menyaksikan mobil-mobil yang mulai jarang melintas.
“Om, coba lihat tu!”
“Itu apaan”.
“Gundukan tanah bekas galian kabel, bisa kita kerjain ni?” ucap zul sembari menunjuk kearah halaman warung mbak Susi.
“ya…ya…ya… bisa juga tu!” ucap tengku seakan mengerti isi pikiran Zul (maklum, sesama mahluk iseng pasti sering nyambung).
Mereka bergerak.
Mawan yang belum mengerti maksud pikiran kedua orang itu malah ikut saja.
“Kita mo ngapain?”
“Ko lihat gundukkan ini, mirip apaan coba?” tengku menunjuk.
“Cem kuburan, mang napa?” ucap mawan polos.
“Tu tau, sekarang akan kita buat lebih mirip lagi” jelas tengku.
“Oh gitu!” ucap mawan sambil tersenyum, seakan telah menyatu dengan pikiran iseng tengku dan Zul,“tapi, apa nggak terlalu seram kalo kita jadikan kuburan?”
“Seram gimana, ini kan cuma kuburan bohongan!”.
Tiba-tiba saja listrik padam. Suasana desa pun tampak gelap dan menyeramkan, hanya sinar rembulan redup menyinari.
“Tu kan! batalin aja ide konyol itu”pinta mawan.
“Mmm… penakut ko! Di zaman modern gini masih aja percaya ama tahayul”
“aku jadi teringat satu cerita ni”tambah tengku.
“Cerita apaan?”
“Di daerah Karawang ada seorang pemuda yg meniggal dunia, dipandangan masyarakat dia terkenal pemuda yg selalu berbuat maksiat..
akan tetapi setelah dikuburkan, pada sore harinya seseorang mendengar suara mengaji dari dalam kubur pemuda tersebut. Warga terkejut, seakan tidak percaya dengan keanehan yang sedang terjadi di kampung mereka karena suara itu selalu terdengar dari dalam kuburan pemuda tersebut tiap magrib dan shubuh. Atas kesepakatan masyarakat, dibongkar lah kuburan si pemuda itu. setelah dibongkar, ditemukan sebuah hanpone di dalam kuburan tersebut dan setelah di periksa ternyata
HP ISLAMI itu milik tukang gali kubur yang terjatuh didalam. He…he…”
“Mm… sialan, padahal udah serius kali aku ngedengernya !”
Zul yang tiba-tiba hilang, datang dengan membawa batu berbentuk lonjong yang didapatkannya entah dari mana.
“Nah, ditaruh ini biar lebih mirip kayak kuburan”
“O.. jadi batu nisan maksud mu. Ha…ha… tapi ko dapat dari mana tu batu?” mawan bingung.
“Ya, ku beli dari panglong lah! He...he…” jawabnya.
“Suka ati mu lah. Tapi masih ada yang kurang, ntar dulu ya”ucap mawan yang mendadak tertarik untuk berpartisipasi.
Ia berlari keseberang jalan, memetik bunga-bunga yang tumbuh di pinggiran selokan dan membawa nya dengan kantong plastik.
“He...he…”sambil tertawa kecil ia menaburkan bunga-bunga ke atas gundukkan tanah.
“wkwkwkwkw…”
Tengku memungut botol minuman ringan di sebelahnya dan menaruh di atas gundukkan sambil berpura-pura membaca doa yang terdengar jelas ngelantur.
“Amin..”ia mengakhiri doa.
“Oya, terlintas pertanyaan ni di kepalaku?”ucap zul.
“Pertanyaan apaan? biasanya ko kan jarang mikir”
“Iye lah… puaskan lah kau meledek ku… Pertanyaan nya, kenapa ya kalo orang mati harus di kubur dalam-dalam, paling tidak harus 2 meter lebih?”
“entah! Mungkin agar aroma busuk nya nggak ke cium” jawab mawan.
“Kalo menurut temen para ahli biologi dan pertanian yang pernah aku tanyakan hal seperti ini, dia berpendapat bahwa hal tersebut di karenakan negara kita ini tanahnya subur, sedangkan lapisan yang banyak HUMUS adalah lapisan tanah yang kedalamannya kurang dari 1meter. Jadi, kalo orang mati di tanam pada kedalaman kurang dari 1 meter maka dikuatirkan akan TUMBUH KEMBALI!” jelas tengku.
“?!?!?!?!? Gila ko!”
Wkwkwkwk…
“Bercanda aja klen. Oya, kalo cuma satu kurang heboh cuy? Gimana kalo kita buat lagi di gundukkan yang lainnya.” usul mawan.
“Boleh tu! Jadinya kan kuburan massal” sahut Zul.
Mereka menuju gundukkan tanah lainnya yang ada di sepanjang jalan itu.
‘simsalabim.. sekejap saja semua gundukkan disulap menjadi seperti kuburan.
Mereka tertawa terbahak-bahak.
Baru beberapa langkah meninggalkan gundukkan tanah yang terakhir, mawan mendengar suara bernada rendah.
“Hai.. kalian..”
Mawan menghentikan langkahnya.
“Kalian dengar suara itu?”
“Suara apaan…”
Suara yang sama pun terdengar kembali dari arah rumah bang toyir.
Mereka pun bersamaan memandang kearah rumah bang toyir yang berpagar besi.
Tak ada siapa-siapa, hanya gelap sebab listrik padam sudah dari tadi.
“woi, serem banget ni. Ada suara tapi nggak ada wujudnya?” ucap mawan yang perlahan mendekat ke tengku.
“ting...ting...ting...”suara denting besi jerjak jendela yang dipukul.
Kami perlahan berjalan mendekat ke pagar dan memandang dengan seksama kearah jendela.
“siapa tu!! Setan apa orang?”ucap zul.
“Oooraang…”sahutnya, “ha…ha..”
“Siapa si lo!” ucap Zul kesal.
“woi.. ini abang!! Ada yang punya korek api nggak?”sahut bang Toyir dari dalam.
“O.. bang Toyir?” mereka menarik napas lega.
“Ada bang” zul Mengeluarkan korek api dari dalam kantong celananya.
Bang toyir keluar sambil membawa lampu teplok yang ingin di nyalakan.
Setelah merasa cukup dengan keisengan dan sedikit olah raga jantung akibat ulah bang Toyir. mereka pun memutuskan untuk bubar sedangkan hari sudah mulai pagi.



***
Kala matahari mulai menampakkan sinarnya, biasanya di jam seperti ini mbak Susi berangkat untuk ke pasar. Sungguh sangat terkejut mbak Susi saat ia membuka pintu.
“Astagfirullah! Mas..mas…” teriaknya kaget.
Suaminya datang menghampiri.
“Ada apa dek?”
“Ada kuburan mas, siapa yang ditanam ya?” ucap mbak Susi polos.
“Ini sich gundukkan tanah bekas galian. Siapa yang buat jadi cem kuburan gini?”
Tiba-tiba wak Oni menghampiri.
“O..disini juga ada, kirain disana aja. Kok musim kuburan ya?”ucap wak Oni sambil terus melangkahkan kaki nya.
Mbak Susi dan suaminya hanya melongo.

Rabu, 08 Juni 2011

berkenalan dengan karakter 'kancil an de gang'

Sebelum membaca cerpen yang bercerita tentang keusilan dan kegiatan yang biasa dikerjakan oleh suatu kelompok yang dikenal dengan PARAKANCIL. Alangkah baiknya bila kita mengenal sedikit karakter mereka masing-masing.

Yang pertama sekali adalah
NF alias kancil, dikenal dengan sebutan seperti itu sebab cerdik dan penuh pemikiran (he..he.. itu orang yang bilang ya?). tampan, energik, dan mempesona atau lebih dikenal sebagai mahluk narsis. Memiliki hobi membaca, menulis, musik dan olah raga kadang juga hobi ngupilin ups! Ngusilin maksudnya.


TJ alias om tengku, ini adalah pangkalnya keusilan. Mengerti benar segala tata cara dalam melakukan kegiatan usil yang baik dan benar menurut kamus besar keusilan yang telah disempurnakan. Bisa dibilang dialah orang yang di tua kan didalam kelompok, umurnya sebaya dengan pahlawan kita pangeran diponegoro (wah.. tua banget). Mengidap insomnia akut tingkat 6 (terpaksa harus naik lift..). Dia termasuk orang yang paling terpelajar diantara kami, sebab dia telah mendapatkan gelar S1 nya saat ini.


IW alias mawan, orang yang paling mudah marah dalam kelompok. Namun merupakan orang yang paling heboh dan gokil banget bila titik humor nya mampu tersentuh. Termasuk orang yang pandai beracting dalam mendapatkan simpatik orang, banyak sudah tante-tante yang tertipu oleh bujuk rayu nya (ha..ha.. dalam artian yang positif ya?).


WY alias manyu, master nya gokil, gaya dan tingkahnya semua mengalir apa adanya tak seperti selokan di kota besar yang tersumbat sampah.dia juga mengidap insomnia akut tingkat 4.


KR alias ari, orangnya kocak habis dan sangat berenerjik. Namun jangan pernah membuatnya marah sebab dunia bisa jungkir balik dibuatnya. Hal yang paling mudah dikenalin dari dirinya adalah saat dia tertawa maka bola mata nya akan hilang dan itu akan menyibukkan sekali (sebab harus mencari-cari. He..)


IZ alias zul, termasuk orang yang heboh dan juga kocak. mampu meramaikan suasana dan bisa juga dibilang Badut nya dikelompok kami.


KL alias ntel, memilki hobi yang khas yaitu suka kentut. Tak pernah mempedulikan waktu, tempat, maupun suasana apapun, asalkan pengen ya tinggal keluarin. Tutttt!!!!
Kebiasaaan ngiritnya telah melewati batas normal dan terkadang merugikan orang lain.


NDL alias ndul, orang yang paling menyukai dunia politik (mungkin aja cita-cita nya pengen menjadi presiden). Susah banget kalau beradu argumentasi dengan nya, jangan kan menang! Untuk mendapatkan nilai seri aja susah.


IR alias pusek, nih orang yang paling gemar dengan sepak bola. Tidak terlalu humoris namun cukup setiakawan.

negeri patah hati

Berlari di atas puing-puing
Mereka berteriak dan saling memaki
Taman hati menjadi kuburan mati
Bunga kantil semerbak mewangi

Sudut sana yang lain menggerutu
Saling tuduh, karena kau ia berselingkuh!
“bukan…bukan…aku”
Kayu dan batu terbang seribu

Mereka mengumpat
Hatinya tergurat dan yang lainnya patah
Tak lagi memerah, hitam jadi arang
Gelapnya menutup logika

Tak ada lagi kesenjangan
Semua sama rata
Tiada yang berdiri tegak maupun duduk di atas tahta
Disepanjang langkahan
Semua saling menghancurkan

Penguasa putus asa
Tak ada lagi percaya
Kata-kata tiada guna
Ia ikut menghancur jua

Aku luka!
Hidupku tiada guna!
Terlontar semua kata penanda pisah
Tiada yang melerai, biarkan saja…

Setelah tiada lagi yang tersisa
Hancur negeri porak-poranda
Pemilik hati yang patah melelah
Ini semua sebab CINTA

Sayu memandangi semua
Di bumi pria saja yang yang ada
Para wanita terbahak memandang dari langit sana

Senin, 04 April 2011

serupa kami

Bila dirimu bercerita tentang kemewahan
O, mungkin dia, bukan aku. walau tampangku rupawan
Hanya umbi-umbian di tanah subur kesederhanaan
Yang tumbuh dari siraman air hujan

Bila dirimu bercerita tentang berjas hitam rapi
O, mungkin dia, bukan aku. ku lelaki yang tak berdasi
Berbalut kejujuran yang kujahit sendiri
Menjadi peredam panasnya matahari

Kami serupa, walau tak benar-benar serupa
Disaat benar-benar telanjang tanpa materi

Bila dirimu bercerita tentang kesempurnaan
O, mungkin dia, bukan aku. walau kilauku menawan
Kilau yang bukan dari materi
Kilau dari kesungguhan cinta didiri

Kami serupa, walau tak benar-benar serupa
Disaat kami menangis mengeluarkan air mata

Langit yang menaungiku
Tak sepenuhnya menaungiku
Ia juga menjadi payung bagi semesta ini

Angin yang mendesahku
Tak sepenuhnya mendesahiku
Ia juga memberi gairah bagi segala jiwa yang gerah

Mengapa engkau masih bimbang?
Memikirkan standarisasi atas dirimu sendiri
Menjadikanmu angkuh atas kecantikan

Kami serupa walau tak benar-benar serupa
Saat berpeluh dikala matahari menggerayangi

Bila dirimu bercerita tentang kekurangan manusia
Itulah aku, bukan dewa atau raja bertahta
Hanya se-onggok daging bernyawa
Dengan akal sedang bermunajat tentang cinta

Bila dirimu bercerita maka hilangkanlah perbandingan
Karena kami serupa walau tak benar-benar serupa

Kini mampukah kau memilih
Diantara kami yang abu-abu

istana kapuk

Telentang, telungkup dan telintang
Berantakan ditiap pagi datang
Disana, di istana kapuk…
Semua cita dan cinta terbayang

Walau terkadang keras memeras
Punggung terkaku palagi panas mengganggu
Disana, di istana kapuk…
Letih dan penat sandarkanlah berlalu

Melukis abstrak di dinding
Hasil karya lelap dimimpi indah itu
Disana, di istana kapuk…
Apapun yang kan terjadi berawal

Terbius aroma malam yang bisu
Tergoda hamparan awan yang merayu
Disana, di istana kapuk…
Merebahlah ego diseputaran waktu

Tak lah dengan kaki kini berjalan
Tak pula dengan mata kini melihat
Disana, di istana kapuk…
Imajinasi mengarungi samudera yang tampak nyata

Kan tetap tinggal didalam semu
Andai saja ayam jantan tak mematukmu
Disana, di istana kapuk…
Betapa waktu cepat meninggalkanmu

nur efendi

Jumat, 25 Maret 2011

Tips menghadapi interview




1. berdoa lah…
2. perhatikan selalu penampilan anda, gunakan pakaian yang serapi mungkin (pastikan telah disetrika dengan licin dan rapi, bahkan semut pun bisa kepeleset).
3. Pastikan ponsel anda dimatikan ( itu untuk yang punya handphone, kalo belum punya maka beli dulu)
4. Tenang dan percaya diri
5. saat akan memasuki ruangan , sebaiknya ketuk lah terlebih dahulu.
6. berdiri yang tegak dan santai. Duduklah hanya bila sudah dipersilahkan.
7. letakkan tangan diatas paha saat anda duduk.
8. tegakkan tubuh, usahakan jangan bersandar karena anda akan terkesan malas dan meremehkan.
9. fokuskan pandangan pada lawan bicara anda. Hindari memandang kesana-kemari (apalagi bila bos yang interview anda adalah seorang wanita yang kebetulan memakai kemeja dan kebetulan lagi beberapa kancing bajunya terbuka. Wih… ngarep!).
10. jangan mengupil (parah banget kalo ada yang begini)
11. pastikan napas anda segar.
12. beri jawaban sesuai dengan apa yang ditanyakan. Jangan berbelit-belit maupun panjang lebar. Usahakan jawaban anda tepat, padat, ringkas dan akurat.
13. ikut tertawa lah bila bos anda tertawa. Ikut menangislah bila bos anda menangis. Tapi jangan ikut ke toilet bila bos anda sakit perut. He..he..he..
14. usahakan jangan sampai membuat bos anda mengulang lagi pertanyaan yang diajukannya (jadi anda harus konsentrasi dan dengarkan dengan seksama)
15. jangan memandangi jam tangan, jam dinding, jam pasir dan jenis-jenis jam lainnya saat proses interview masih berlangsung .
16. ucapkan terima kasih bila proses interview telah selesai.
Demikianlah tulisan ngawur yang saya buat, mungkin akan sedikit membantu dan banyak mengganggu. Semoga proses interview anda berjalan dengan lancar tanpa kemacetan dan tak menemui kendala apapun, pergunakan sabuk pengaman serta patuhilah rambu-rambu lalu lintas. Untuk menghindari kengawuran yang berkelanjutan maka sebaiknya tulisan ini saya sudahi.
Terima kasih

Rabu, 23 Maret 2011

tips menjaga barang kesayangan anda

beberapa minggu ini aku banyak menghabiskan waktu dirumah, iseng -iseng aku kepikiran buat nulis beberapa tips yang mungkin berguna atau malah tidak berguna sama sekali (he..he.. namanya juga iseng). di bawah ini tips nya, tolong di baca ya?

Tips menjaga barang kesayangan anda

1. jangan menunjukkan barang pribadi anda di depan umum
- hal ini dapat membuat orang lain terkejut bahkan mungkin bernafsu setelah melihat barang pribadi anda (bernafsu menjambret maksudnya.. he..he…)
2. jangan membuka penutup barang pribadi anda di tempat berdebu.
- hal ini ditakutkan akan membuat kinerja barang pribadi anda menjadi lambat/loyo
3. jangan membiarkan orang lain memencet, menekan, meremas atau menyentuh barang pribadi anda dengan sembarangan.
4. jangan memasukkan accessories yang bukan muhrimnya ke barang pribadi anda.
5. gunakan kondom atau perangkat pelindung lainnya agar terhindar dari gesekan.
6. jangan terlalu sering bergonta-ganti pasangan ( setia dong pada salah satu jaringan)
7. gunakan accessories tali penggantung yang kokoh bila barang kesayangan anda terlalu berat.
8. segera periksakan ke dokter bila barang pribadi anda mendadak mati.
9. rajinlah memeriksa kondisi fisik barang pribadi anda, jika ada yang berubah segera perbaiki atau ganti dengan yang baru.
10. bila barang pribadi anda tidak merespon terhadap ransangan dari jaringan lawan jenisnya, maka segera amputasi antena nya.
11. selalu jaga kebersihan dan tampilan barang pribadi anda ( setidaknya bisa membuat orang lain tertarik dan bernafsu… untuk membelinya).
12. jauhkan dari jangkauan anak-anak (mereka boleh tau, tapi jangan disuruh mencari tau? Bahaya…)
13. jangan sembarangan menerima rayuan dari pihak lain yang meminta untuk berhubungan dengan barang pribadi anda (melalui Bluetooth tentunya..) karena dikwatirkan bisa terinfeksi virus.

*NB: tips ini hanya berlaku untuk barang kesayangan anda, berupa handpone dan saudaranya. Bila digunakan untuk barang yang lain maka saya tidak bertanggung jawab*

KU BELI MIMPIMU


Wajahnya masih terlihat seperti memikirkan sesuatu. Selama perjalanan pulang dari sekolahan, Andi masih saja melamun.
Tiba-tiba ia menepuk bahu pak Khodir.
“apa pak Khodir pernah bermimpi?”
Pak khodir yang sedang menyetir pun terkejut.
“ya.. tentu saja pernah” jawab pak Khodir dengan diikuti tawa kecil.
“memangnya kenapa?”tambahnya lagi.
“apakah semua orang pernah bermimpi?” tanya Andi lagi, seolah tak mendengarkan pertanyaan pak Khodir.
“semua manusia di dunia ini pasti pernah bermimpi, apalagi anak remaja seumur kamu”ucap pak Khodir.
Andi terdiam, mencoba menerka-nerka di dalam kepalanya.
‘mungkinkah hanya ia manusia yang tidak pernah bermimpi atau giliran untuk dia bermimpi sedang di tangguhkan. Mungkin juga mimpi-mimpi buatnya telah dicuri oleh orang lain’
Pak Khodir menghentikan laju mobilnya di perempatan, menunggu lampu lalu lintas berubah menjadi hijau.
Andi menurunkan kaca mobilnya, melepaskan pandangan kesekitar jalanan.
Tampak olehnya orang-orang tua berpakaian lusuh sedang meminta-minta, anak-anak dekil sebayanya yang mengamen serta ada pula yang berlarian menjajakan koran.
“apakah mereka pernah bermimpi pak?” tanya Andi sembari menunjuk kearah luar.
Pak Khodir menoleh.
“justru mereka lah yang paling banyak memiliki mimpi”
Andi terdiam sejenak, lalu memanggil salah satu anak jalanan yang berada dekat di samping mobilnya.
“hai kamu! Ikutlah denganku sebentar”
Anak jalanan itu dipanggil ‘Begol’ oleh teman-temannya. Ia terlihat bingung dengan permintaan anak didalam mobil mewah itu.
“aku akan memberi kamu uang, jadi cepatlah masuk!”tambahnya lagi.
Mendengar hal itu, Begol pun segera bergegas masuk kedalam mobil tersebut.
Pak Khodir tak mampu berbuat apa-apa terhadap permintaan anak majikannya tersebut.

*
Sampailah dirumah, Andi mengajak Begol masuk kedalam. Terlihat raut bingung dan takjub diwajahnya, tak menyangka akan bisa menginjakkan kaki di rumah yang besar dan megah itu.
“ini seperti di mimpiku…” ucap Begol polos.
“apakah kau pernah bermimpi seperti ini?” tanya andi.
“tentu saja, aku memimpikan hal seperti ini disetiap malam”
“terus… mimpi seperti apalagi yang pernah kau dapati?” tanya Andi lagi, penasaran.
“Aku memimpikan semua hal, karena begitu banyaknya sampai kantung mimpiku seakan tak lagi muat untuk menyimpannya” Begol diam sejenak.
“mungkin kalau ada yang ingin membeli mimpi, maka aku akan menjual semua padanya” tambah Begol lagi.
“aku yang akan membelinya!” sahut Andi.
Begol terkejut dan hanya tersenyum tak menanggapi serius ucapan Andi.
“orang tua kamu dimana?”tanya Begol, merasa kalau rumah yang begitu besar terlihat sunyi.
“orang tua ku berada diluar negeri mengurusi perusahaannya. Jarang sekali pulang kalau pun pulang pastinya larut malam dan besoknya sudah berangkat kembali” jawab Andi dengan nada rendah.
“bagaimana kalau mimpimu aku yang beli!” pinta Andi lagi.
Begol terdiam, menyadari kalau ucapan Andi sungguh-sungguh.
“kau tak perlu membeli mimpi dari orang-orang kecil seperti kami. Rumah besar, mobil mewah, pakaian mahal, makanan enak, bisa bersekolah dan semua hal yang kau miliki sesungguhnya itulah mimpi-mimpi yang selalu hadir di tiap tidurku. Aku selalu merasa senang bila tiba saatnya bermimpi, tapi aku juga merasa kecewa bila tiba saat nya terbangun. karena harus menyadari kalau semuanya tidak lah nyata” Begol menjelaskan.
“tapi aku ingin merasakan memiliki mimpi sendiri?” ungkap Andi.
Suasana hening sejenak.
“aku akan memberitahukanmu rahasia untuk mendapatkan mimpi”
“apa itu?” tanya Andi serius.
“setiap kali kau akan tidur, luangkan waktumu sejenak untuk memikirkan hal-hal yang membuatmu bahagia dan hal-hal yang kau harapkan kan terjadi di esok hari”jelas Begol.
Andi terdiam mencoba memahami perkataan Begol.
“baiklah.. sekarang aku akan pulang. Terima kasih telah membawaku kerumahmu” ucap Begol.
“terima kasih juga, biar pak Khodir yang akan mengantarmu” balas Andi.

*
Malam pun tiba.
Andi melaksanakan apa yang di beritahukan Begol tadi siang. Setelah ia menutup mata, mimpi pun hadir menghampirinya.
Dalam mimpi, orang tua nya datang dan memeluk dirinya, menemani nya disepanjang hari, membuatkannya makan, bertanya bagaimana keadaannya, mengajaknya jalan-jalan serta berjanji tidak akan membiarkannya sendirian lagi dirumah. Semua hal indah yang di inginkannya terjadi di malam itu. Andi sungguh bahagia.
Namun dikala matahari tiba, semua sirna seolah hampa belaka. Andi pun memahami mengapa begol membenci kata terbangun ketika kebahagiaan hanya teraih di dalam mimpi saja.

Senin, 21 Maret 2011

Hujan untuk ayahmu

Hujan menyentuh jemari
Dari balik jendela menerawang asa
Jauh menembus cakrawala basah
Mengukir butir menjadi pelangi

semua jiwa terkurung didalam dekapan
Dipaksa menyadari siapa di sebelahmu
Jangan lagi diacuhkan
Hentikan kesibukanmu karena di luar masih hujan

Segenap raga tersentuh haru
Menggigil menahan dingin
Adakah engkau menahu
Bahwa duniamu berangin

Kini engkau tarik selimut
Memahami arti sebuah kehangatan
Anak istri yang lama terabaikan
Karena kelakuanmu yang carut marut

Gemerciknya bernada minor
Berbenturan dengan tanah
Mengikis kekeringan
Yang lama melanda saudara

Hujan bukan sedang menghukummu
Apalagi sengaja merusak agendamu
Ini tentang keluarga...
Kebahagiaan apa yang sebenarnya di mau

Rabu, 02 Maret 2011

MANUSIA DALAM METAMORFOSIS

Bentuk telur..
Dalam bundaran dimensi penciptaan
Dimandikan doa dan sejuta pengharapan
Masih diam, hanya elusan yg dirasa
Dalam kurun waktu menanti tercipta

Bentuk ulat..
Inikah dunia,
Yang mengajarkan tangisan dihari pertama
Lalu senyuman dimasa berikutnya
Masih terlalu awam mengerti dunia
Mereka berdua mengajari dengan seksama

watak dari binaan rumah dan lingkungan
Berjalan diatas ranting dalam bentuk hina
Kehijauan dunia menimbulkan serakah
Hilang norma tak tau untuk apa di cipta

Timbulkan kerusakan tiap pijakan
saat bicara tentang materi dan harga diri
Dunia takkan menjadi tempat yang di idamkan
Bila tak segera mendekam dalam kepompong introspeksi

Bentuk kepompong..
Hanya sendiri,
Memahami kesalahan sebelum mati
Mencari tujuan dari napas yang diberi
Tentang cinta, kasih sayang, dan tiada caci maki

Terlepaslah semua keburukan
Timbul kekuatan untuk sebuah harapan
Dari dalam selongsong renungan
Membawa pola pemikiran yang sejalan

Bentuk kupu-kupu..
Diam sejenak mensyukuri diri
seolah terlahir kembali
menjadi pribadi yang lebih berarti
Kemudian terbang menyebar kebaikan
Tak lagi dalam bentuk buruk yang menyedihkan
kini dalam wujud metamorfosis sesungguhnyaD

Kamis, 10 Februari 2011

emas dalam kantong-kantong

Emas dalam kantong-kantong
Bertumpuk tiap pergantian waktu
Tak berkurang karena tak dibuang
Disimpan mungkin tuk nanti mati

Si Otong datang meminta belas kasih
Tuan pemilik tak jua bermurah hati
Walau tamunya tak makan berhari-hari
Ia tak peduli, hartanya untuk nanti

Emas dalam kantong-kantong
Tuan pemilik hanya membelai dan memoles
Diluar, si Otong kurus dengan perut kosong
Meminta sedikit gulai dan roti oles

Kotak tinggalnya telah cukup besar
Emasnya mulai mendesak keluar
Ditutup dengan temberang agar tak tersebar
Lalu tutup mata tak peduli diluar siapa?

Emas dalam kantong-kantong
Tuan pemilik mulai gusar dan risau
Kemana melangkah ada orang
Emas miliknya mulai berkurang

Tuan pemilik mulai kacau
Ia tuduh si ‘hitam’ mencuri
Sebab hanya dia yang selalu mengikuti
Di kantor, di mall, di kamar, bahkan saat mandi

Emas dalam kantong-kantong
Tuan pemilik tak sadar diri
Ia menuduh dan memaki bayangan sendiri
Keluarga bersedih, tuan mati gila sendiri!

hukum disuap jadi sulap


Hukum seperti permainan sulap dikala ia disuap. Sesuatu yang seyogya nya salah, dapat di ubah sekejap saja menjadi benar. Aksi para pesulap hebat pun dimainkan dalam menaklukkan hukum. Tak banyak yang dapat dilakukan rakyat kecil di negara ini saat orang-orang berduit dan berjas hitam memainkan aksinya. Kita hanya mampu menonton pertunjukkan yang mereka suguhkan.
“mmm… pertunjukkan hebat yang mengorbankan rakyat sebagai penonton yang dipaksa menahan perih dibalik ketakjuban!”

Bagaimana aksi pesulap hukum yang mampu mengambangkan suatu kasus besar tanpa ada penyelesaian. Semua dibuat bertanya-tanya
“bagaimana bisa?”
“siapa yang salah?”
“bagaimana akhirnya?”
Mungkin mereka terinspirasi atas aksi Illusionis Criss Angel yang mampu berjalan diatas air. Rakyat pun dibuat takjub tapi mereka tak bertepuk tangan, hanya mengelus dada atas sikap para penegak hukum.

Lain lagi aksi pesulap hukum yang satu ini. Bagaimana kehebatannya yang mampu melenyapkan uang rakyat yang diamanatkan kepada nya. Tanpa tirai hitam, hanya menggunakan telepon untuk melobi dan sebuah tanda tangan abstrak maka semua uang bisa beralih tempat kedalam kantongnya yang sebesar brankas.
Tak hanya itu, aksi menembus temboknya juga adalah salah satu aksi yang ramai dibicarakan. Ia mampu keluar dari penjara bertembok bata dan berjeruji besi lalu berkeliling dunia dan akhirnya kembali tanpa merusak gembok dan tembok.
Sungguh aksi yang menakjubkan dan menghinakan hukum dinegara ini. Mungkin saja dia adalah David Copperfield masa kini.

Bagaimana pula aksi pesulap hukum yang lain lagi. Seperti wanita ini, ia mampu bertahan hidup dan berkegiatan tak seperti seorang narapidana lainnya. Penjara yang selama ini dianggap sebagai neraka dunia, kini mampu dibuatnya menjadi tempat tinggal yang nyaman. Ia bisa mendapatkan fasilitas mewah seperti perawatan kecantikan, kulkas, ac, toilet duduk yang bersih, kasur yang empuk bahkan dapat mengadakan rapat mingguan. Semua itu sungguh berbeda dengan apa yang didapat oleh narapidana wanita lainnya yang harus menikmati ruang penjara yang lembab dan toilet yang seadanya bahkan harus berbagi tempat tidur dengan tikus gelandangan.
Mungkin saja pesulap wanita yang satu ini mendapatkan pelatihan dari Magician Criss yang mampu bertahan walau dikubur hidup-hidup didalam tanah.


Aksi bertukar tubuh juga merupakan aksi terbaru para pesulap hukum. Bagaimana aksi sulap yang dengan mudah mengganti dirinya yang seharusnya di dalam sel dengan tubuh orang lain yang tidak bersalah.
“di kemanakan hukum itu?”
Mereka hanya tersenyum sambil mengibaskan jubah dan menghilang begitu saja.
Ketakjuban akan kehebatan mereka, sempat membuatku bertanya
“apa rahasianya?”
“itulah sulap, jika kau tau rahasianya maka bukan sulap lagi namanya” jawab mereka.

Ironis sekali aksi para pesulap hukum negeri ini. Rakyat dipaksa membeli tiket hanya untuk menyaksikan pertunjukkan pedih. Setiap kali para pesulap hukum itu beraksi, maka berulang kali rakyat tersakiti. Uang rakyat yang seharusnya buat makan keluarga, mereka curi sebagai upah atas aksi sulap yang merea suguhkan.

hakekat di kerajaan bundar

Hingar bingar di sebuah istana yang tinggi menjulang di langit , berada di atas hamparan negeri kekuasaan raja MATAHARI yang di kenal tegas dan wibawa.
Dari balik gerbang istana terdengar suara gaduh yang tak lain berasal dari kerumunan penduduk yang saling berdesakan untuk dapat masuk kedalam istana dan menemui sang raja.
Masing-masing mereka telah membawa berbagai keluhan yang sudah di pikul jauh dengan berjalan kaki, hanya untuk sekadar mengadu kepada baginda besar raja MATAHARI pemimpin negeri atas apa yang sedang mereka alami.
Muncul dihadapan raja, salah seorang hulubalang kerajaan menyampaikan sebab kegaduhan yang terjadi di luar gerbang istana.
“ Sujud hamba yang mulia, adapun sebab kegaduhan yang terjadi di luar istana adalah kerana banyaknya penduduk yang berdesakan ingin masuk untuk bertemu dengan baginda raja sekedar menyampaikan keluhan mereka” Lapor hulubalang.
“ Wahai pengawalku, ijinkan mereka masuk menemuiku satu persatu dimulai dari penduduk pelosok wilayah tertimur kerajaanku” Titah sang raja.
Hulubalang pun segera melaksanakan titah sang raja.

Dihadapkan kepada sang raja seorang penduduk dari wilayah tertimur kerajaannya.
“ Sujud hamba yang mulia, hamba adalah BAKAU. Mulanya kami adalah rumpun penduduk yang berdiri tegak di pinggiran pantai dengan tangan-tangan kami menjalar Jauh merasuk kedalam endapan lumpur hingga mampu menahan ganasnya terjangan ombak lautan. Rimbunnya rambut hijau kami menjadi naungan tempat tinggal para tetangga untuk dapat berkembang biak. Namun ketenangan dan kedamaian kami mulai terusik sejak hadirnya pendatang baru yang menamai diri mereka MANUSIA.
Senyum dan keramahan mereka membuat kami mau menerima keinginan mereka untuk menjadi tetangga baru kami. kami pun dengan rela berbagi segala makanan dengannya. Tapi keegoisan dan ketamakan telah membuang jauh rasa terima kasih mereka. Mereka mulai mendirikan kotak-kotak besar di tanah kami, menyembelih habis sanak saudara serta mengusir pergi tetangga-tetangga baik kami, hanya demi kata yang mereka teriakkan ( PEMBANGUNAN!!)” Keluh bakau.
Raja pun termangu dengan tatapan haru dan sedikit kekecewaan.

Dihadapkan kenbali kepada raja, seorang penduduk dari wilayah tengah kerajaannya.
“ Sujud hamba yang mulia, panggil hamba SUNGAI. Kehidupan kami mulai tak tenang dengan hadirnya pendatang baru yang pada awalnya baik dan menyenangkan. Kami sediakan bagi mereka makan dan minum dari usus kami, namun mereka balas dengan menyumpalkan sampah dan limbah di mulut kami.
Mata kami jadi tak sejernih dahulu, kini pekat dan berbau. Rongga dada kami tak luas lagi kini sesak dan sulit bernapas. Terlalu seringnya kami menangis hingga terkadang kering dan tragis” Keluh sungai.
Sang raja terharu dan lebih kecewa.

Masih dari wilayah tengah kerajaannaya. Dihadapkan lagi seorang penduduk.
“ Sujud hamba yang mulia, nama hamba TANAH. Remuk rasanya tubuh ini menahan bobot mereka, belum lagi harus menahan berat dari kotak-kotak raksasa yang terus mereka bangun lebih tinggi,banyak dan menumpuk. Tak cukup dengan tinggal dan makan dari hasil apapun yang mereka tancapkan di tubuhku. Kini mereka menguak dan mengobok-obok apa yang ada di dalam perutku. Walau darahku muncrat dan bersimbak menenggelamkan apa yang hidup diatasnya, tak jua membuat mereka sadar” Keluh tanah.

Dihadapkan lagi salah seorang penduduk dari wilayah barat kerajaannya.
“ Sujud hamba yang mulia. Hamba adalah HUTAN, seperti nama yang diberikan kepada kami, hijau dan rimbun. Namun kini tiada lagi kehijauan yang tampak serta kerimbunan yang menjadi tempat tinggal tetangga-tetanggaku. Karena adanya mahkluk dengan pemotong mesin yang bersuara berisik di tangan mereka. Satu persatu saudaraku di penggal hingga jatuh terkapar tiada berdaya. Tetanggaku pun tiada mampu membela, hingga sebagian dari mereka diburu dan di perjual belikan. Kini rimbun tiada lagi, semua telah menjadi lahan kosong tempat kami terkubur mati” Keluh hutan.

Satu persatu keluhan penduduk telah didengar sang raja.
Raja MATAHARI pun bangkit dari singgasananya dan berdiri tegak dihadapan penduduknya dengan tatapan panas membara terlukis di matanya.
“ Telah kudengarkan keluh dan kesah kalian wahai penduduk kerajaanku. Sekarang kembali lah ke tempat tinggal kalian masing-masing. Tunjukkan kepada mereka kemarahan kalian, tenggelamkan mereka kedalam lautan, hanyutkan dengan air kalian segala apa yang mereka bangun. Rubuhkan kotak-kotak raksasa mereka dan kubur hidup-hidup dengan tanahmu jasad serta segala yang mereka banggakan. Biarkan penghuni hutanmu memakan dan mencabik-cabik daging mereka.
Agar mereka tau arti kemarahan kalian. Bila itu tak jua menyadarkan mereka, maka kan ku bakar mereka sekejap menjadi abu seperti halnya hati mereka yang sudah dibakar habis oleh ego dan ketamakan!!” Titah sang raja.

kunang-kunang pulau seberang



Belum juga ia turun dari atas gedung rumah bertingkat itu. Matanya masih berair, duduk sembari mengelus betisnya yang merah menyala. Sesekali terdengar sedu, menahan perih dari dera yang terpahat dikulitnya.
Pandangannya menerawang jauh menembus kelamnya malam tanpa rembulan, tapi tak mampu menembus hitam dari hitamnya hati mereka sang penyiksa.
Dermaga itu….
Tampak gagah dengan mercusuar yang menjulang kelangit gelap.
Menjelma menjadi impian yang sulit tersentuh. Mencoba berlari melompati pagar tapi sungguh tak ada daya, pagar rumah itu lebih tinggi dari harapan yang pernah ia iktiarkan saat pertama kali melangkah turun di pulau ini.
Hanya segenggam harapan,semoga dipulau ini ia bisa merubah kehidupan menjadi lebih baik. Tak banyak pilihan pekerjaan yang ditawarkan padanya yang hanya seorang perempuan yang tak lulus SMP.

Seberkas sinar kelip-kelip perlahan mendekati
“wahai manusia, apa yang sedang kau lakukan di atas sini?”
“aku sedang bersembunyi dari segala dera dan siksa yang menantiku dibawah. Aku tak sanggup menghadapi ini” perempuan itu menempatkan rapat kedua lututnya ke dada.
“aku sering berkeliaran disini, memancarkan cahaya kelip-kelip sebagai tanda peringatan sebab seringnya aku mendengar tangisan, raungan dan ratapan ditiap malam-malam tanpa rembulan seperti ini. diatas sini kau takkan temukan apa-apa, hanya hamparan langit gelap. Jadi sebaiknya kau turun saja” sayapnya berkepak dan berdenging ditelinga.
“aku takkan turun, biarkan aku disini hingga pagi. Kamar dibawah tidak cukup aman bagiku. Bila malam seperti ini, pintu tersebut sering sekali diketuk. Pria paruh baya yang kupanggil ‘tuan’ selalu mencoba masuk. Aku tak mau hal seperti dulu terulang lagi, saat pintu kamarku lupa dikunci” perempuan itu menadah keatas, diwajahnya tersirat rasa jijik dan benci yang diselubungi ketakutan.
Binatang berkelip itu terbang menari mengitarinya, mencoba memandikannya dengan cahaya. Itu bukan noda!! itu luka-luka yang akan terus membekas ditubuhnya. Binatang berkelip itu sudah tak terlihat lagi, cahaya nya padam ditelan sinar yang benderang saat matahati muncul dari ufuk timur. Perempuan itu kemudian melangkah turun menggunakan tangga bambu yang semalaman menunggu.

Waktu berlalu mengganti hari. Dimalam ini perempuan itu kembali menaiki genteng, tapi terasa sulit baginya karena kakinya yang bengkak dan berdarah. Tak lama binatang berkelip itu datang lagi menghampirinya. Binatang itu terkejut saat cahaya menyentuh wajah dan seluruh tubuh perempuan itu. Pipinya yang lembam membiru, pelipis yang bengkak sebesar bola ‘golf’ mensipitkan mata nya yang merah berair, bibirnya tampak pecah dan berdarah. Tak tersembunyikan pula luka bekas sulutan rokok disekujur tangannya.
“aku ingin mati! Mungkin dengan menggantung diri atau mengiris nadi, tidak dengan siksaan yang membuatku merasakan mati yang berkali-kali. Tapi aku ingat Tuhan? Yang pastinya membenci semua tindakan bunuh diri” wajah perempuan itu tampak makin sembab.
“apa yang terjadi padamu dibawah sana?”
“sesuatu yang takkan mau dialami orang lain. Pukulan dan siksaan yang selalu kuterima sebagai tempat pelampiasan kekesalan mereka setiap kali aku dianggap salah. Kehidupan anjing peliharaan, serasa lebih terhormat daripada kedudukanku dimata mereka!. Perlakuan kasar yang kuterima membuat jiwa tak mampu menjerit, hanya bisa mengerang menahan sakit”. Perempuan itu mengeluh kesah.
Binatang berkelip itu menurunkan frekuensi kepakan sayapnya, lalu hinggap diatas lutut perempuan tersebut.
“aku ingin kesana! Kembali pulang kenegeriku diseberang lautan” tangan kanan perempuan itu menunjuk kearah dermaga.
“tak banyak yang bisa binatang kecil seperti aku lakukan untuk membantu, selain memberi seberkas cahaya dan sayap kecil yang ku punya. Mungkin bisa membawamu terbang, walau ku tak tau sampai seberapa jauh”.
Binatang berkelip itu beralih terbang ketelapak tangan perempuan tersebut. Ia melepas sepasang sayapnya lalu langit berubah secara drastis, rembulan muncul dari balik awan dan menerangi seluruh kota.
Terang bulan…
Ternyata tak hanya perempuan itu yang sedang berada diatap rumah, tapi banyak perempuan-perempuan lain yang juga terlihat tengah berbicara dengan seekor binatang berkelip diatap masing-masing rumah dipenjuru kota itu.
Tak lama setelah melepaskan sayapnya, cahaya binatang tersebut pun perlahan meredup dan padam.
“terima kasih wahai binatang kecil” ucap perempuan itu sembari memasangkan sayap pemberian tersebut ke punggungnya.
Perempuan itu kemudian berlari dan melompat dari atas atap rumah, begitu juga yang dilakukan oleh perempuan lainnya. Mereka terbang saat sayap kecil tersebut berhasil terkepak. Mereka terbang menjauh meninggalkan kota menuju dermaga dan melintasi lautan, tapi sayang.. sayap tersebut ternyata tak mampu membawa mereka lebih jauh lagi. Akhirnya mereka jatuh satu persatu di tengah lautan dan tenggelam didasar kegelapan yang paling dalam bersamaan dengan purnama yang padam ditelan malam.
Mereka menjelma menjadi kunang-kunang yang berkelip-kelip keluar dari lautan dan terbang menghiasi malam-malam dipulau tersebut.
Semua rintihan tangis dan keluh kesah mereka kini tiada pernah sampai menyentuh daratan hati sanubari para penguasa negeri. Kini tenggelam dalam hitam kisah mereka sendiri.

aku anak bangsa, bapakku presiden


entah mengapa akhir-akhirr ini aku kebanyakan mendapat inspirasi buat nulis cerita yang bertema kan sosial?
Apa mungkin karena aku lagi nggak terlalu memikirkan masalah percintaan (maklum lagi ngejomblo...)
jadi, buat parakancil diblog ini untuk beberapa halaman kedepan maka yang ada hanya tulisan yang bernuansakan sosial. ni dia judul yang pertama ceck it dot!!



Aku anak bangsa, bapakku presiden!!


Matahari terlalu dekat di kepala ku. Deru mesin kendaraan bermotor yang berlalu-lalang memekakan telinga.
Seperti ikan-ikan dalam aquarium penuh, semua manusia sejenisku berdesakan untuk sekedar bernapas. Yang katanya udara segar tak berwarna dan hanya mampu dirasa, kini menjelma menjadi noda hitam yang berselubung dan berhamburan . ironinya semua kesejukan kini sekedar menjadi legenda yang telah disiapkan untuk anak cucu kelak.

Dibawah halte yang jelas sekali tak terawat, ku layangkan mata mencari celah diantara keramaian.
Para pengemis tua, pengamen jalanan, pedagang rokok dan anak-anak penjajak koran di jadikan tontonan sedih.
Mataku tertuju pada salah seorang anak diseberang jalan, tertunduk lemas ditrotoar sambil menggenggam tumpukan Koran, sesekali terlihat helaan napas didadanya.
Kuhampiri dirinya sembari menyodorkan uang 10 ribuan.
“ini buat kamu”
Anak itu terkejut yang kemudian menatapku.
“abang mau beli Koran?”ucapnya polos.
“tidak usah, saya hanya memberikan uang ini buat kamu?”
“oh.. terima kasih bang..” dengan raut wajah gembira ia menerima pemberianku.
Tak ingin cepat beranjak, akupun duduk disebelahnya.
“kamu tidak bersekolah?”
“ tidak lagi bang, orang-orang seperti aku cukupnya hanya mengenal uang, itupun hanya antara uang seribuan sampai dua puluh ribuan saja.”
“kamu tidak punya orang tua?”
“ada bang, tapi Bapakku orangnya sibuk. Dia memikul tanggung jawab atas para penduduk yang jumlahnya kurang lebih 231 juta jiwa. Jadwalnya yang padat membuat Bapak sering tak memperhatikan aku lagi. Dipersimpangan ini, aku sering menunggu dan berharap semoga Bapak melintas dan singgah sebentar untuk membawaku keluar dari dunia papan catur ini. Tapi kenyataan nya sungguh berbeda, beberapa waktu lalu bapak pernah melintas di jalan ini, tapi malang seminggu sebelumnya kami malah disembunyikan di balik baju dinas para anak buahnya yang meneriakkan PENERTIBAN!!. Walau hanya mengintip, tapi tetap ku bisa merasakan kehadiran Bapak didalam mobil Mercedes-benz tipe S600 keluaran tahun 2008 yang katanya merupakan kendaraan lapis baja yang tahan terhadap serangan senjata.
Andai bapak dikala itu mau membuka kaca mobilnya, tentu aku akan berlari, melompati gedung-gedung tinggi dan melambaikan tangan sembari berteriak kearahnya agar ia bisa menyadari akan keberadaanku disana” ungkapnya.

Fenomena merebaknya anak jalanan merupakan persoalan yang komplek. Hidup menjadi anak jalanan sebenarnya bukanlah pilihan, karena mereka berada dalam kondisi yang tidak bermasa depan jelas. Namun, perhatian terhadap nasib anak jalanan tampaknya belum begitu besar dan solutif.

Aku terdiam dan terkagum pada anak yang berbaju lusuh dan bertampang dekil itu.
“apa kamu tidak marah dengan Bapak mu?” tanyaku lagi.
“tidak bang.. aku tidak marah. Mungkin memang seperti inilah cara Bapak memeliharaku. aku hanya menangis disaat merasa sakit, dan disaat ini bagaimana saya bisa menangis? Bapak saja tidak pernah menemuiku apa lagi memukulku. Air mata ini tidak akan sempat menetes, keburu kering disengat matahari dan keburu beku didera dinginya malam. Sebenarnya ingin kuhadiahkan gulungan kertas yang berisikan nilai-nilai prestasi atau mungkin medali emas dan perak yang membanggakan. Tapi tentu langkahku tak sejauh itu, ku hanya mampu menunjukkan tarian jalanan, nyanyian peminta belas kasihan dan mungkin harus menabrakkan diri ke tiap kendaraan hanya untuk mendapatkan sedikit perhatian”

Aku mulai merasa iba.
“Bapak kamu sekarang dimana, biar abang temui dia..” tanyaku dengan nada gerah.
Anak tersebut malah kembali tersenyum, kemudian memperhatikan diriku yang saat itu hanya mengenakan kaos dan celana jeans.
“mmm.. tidak mungkin bang?” jawabnya ketus.
“lo.. mang kenapa?”
“abang membutuhkan jas hitam dengan dasi yang tersimpul rapi, sepatu kulit yang berseri serta meninting tas hitam yang berisikan berkas-berkas pengaduan dan aspirasi rakyat (terkadang berisi Playstation portable juga). Kemudian berkumpul di dalam gedung hijau yang besar dan megah itu , lalu mulai tersenyum palsu dan melobi lah pada kalangan-kalangan berkedudukan melalui berbagai organisasi yang mementingkan keuntungan pribadi, barulah kemudian abang menjadi pantas menemuinya”

Semua pernyataannya membuatku bingung.
.“memangnya siapa sich kamu?” tanyaku ketus
Anak itu kemudian berdiri dihadapanku dengan menempatkan koran dagangan didada nya dan kemudian berkata
“aku adalah anak Bangsa, Bapakku Presiden!” jawabnya tegas dan polos sembari berlari dan membaur bersama kebisingan dan kemacetan saat itu.

Seminggu kemudian aku kembali ketempat itu mencari keberadaan anak penjajak koran tersebut, namun tak jua kutemukan. Yang kudapat hanya sayup-sayup kabar dari seorang wanita tua dekil yang membawa keranjang sampah di pundaknya.
“kemarin.. ada salah seorang anak jalanan yang biasa menjual koran dipersimpangan ini tewas tertabrak mobil” ucap wanita tua itu.

Rabu, 05 Januari 2011

malam hari kena pemadaman listrik!

mmm.. ni lah benci nya kalo lg pemadaman listrik. suntuk kali ku rasa! maklum lah, aku kan gak sempat tau gimana rasa ny hidup tanpa listrik cem yang sudah dijalani ama omak dan kakek nenek kita.
udahlah gelap, ditambah udara yang dingin dikarenakan di luar rumah turun hujan (untung hujannya gak di dalam rumah). nyamuk-nyamuk pun semua pada beraksi. aku yang cuma pake boxer dan kaos pun menjadi sasaran empuk mereka.
"pak..puk..pak.."suara tepukan. tapi karena suasana ruangan yang remang membuat para nyamuk sangat susah untuk terlihat. anti nyamuk bakar yg dipasang adekku, ternyata tak mampu membuat mereka gentar. mereka tetap saja berlalu lalang berdenging di telingaku dan kemudian hinggap menggigit. ingin rasanya segera tidur, berselubung selimut untuk menghindari gigitan nyamuk yang tak mau mundur. tapi rasanya sayang? jam di dindingku masih menunjukkan pukul 20.00 wib. tak rela rasanya membiarkan malam ini berlalu dengan cepat. kucoba menepis kesunyian di ruang tamu dengan bermain gitar akustik kepunyaanku (mf salah,'pinjemanku' he..he..) satu, dua, dan akhirnya beberapa lagu pop terbaru pun berhasil dimainkan. tp tetap aja kurang asik, habisnya cuma aku sendiri aja yang nyanyi..
emak dan abang ku kelihatan lagi ngobrol (bukan nggosip ya?) ku hentikan permainan gitarku dan mencoba berbaur dengan kegiatan mereka. o.. ternyata topiknya adalah tentang kisah-kisah masa lalu emakku. ternyata seru juga ceritanya. ku dengarin sambil tepuk kanan tepuk kiri (maklum, serangan nyamuknya tetap saja berlangsung).
cerita emakku pun selesai, diakhiri dengan nguapan panjang darinya. dia pun beranjak masuk ke kamar diikuti pula oleh ayahku.
yang masih bertahan di ruang tamu hanya aku, adik dan abangku saja. si abang sibuk dengan hp nya.. si adik sibuk pula dengan mainan nya.. dan aku sendiri, sibuk pula dengan tulisanku.
walau dengan pencahayaan lampu teplok, ku tetap menulis apa yang sekarang sedang kalian baca ini.
"hu..aaa..mm." ternyata rasa kantuk sudah mulai merajaiku. ya sudahlah? kuhentikan saja kegiatan corat-coretku dan mulai beranjak meninggalkan ruang tamu dan menuju ke kasur hangat.
kurebahkan tubuhku, tarik selimut, baca doa, pejamkan mata dan akhirnya tidur.

cinta bola kaca




Langit yang gelap dibalut dingin suasana malam disepanjang jalanan di kota. Ku bawa ia di tempat makan pinggir jalan. Hati yang masih kacau-balau mencari kepastian atas ucapannya di telepon kemarin malam.
“Tri.. abang ingin tau alasan mengapa engkau meminta untuk mengakhiri hubungan ini?”
“maaf kan Tri bang. Kan sudah Tri beritahu alasannya. Tri nggak bisa ngejalani hubungan jarak jauh seperti ini. Rasa curiga ,cemburu dan sepi terkadang datang beriringan dengan rasa rindu yang menghantui”
“tapi hal semacam itu sudah pernah kita bicarakan,dasar kepercayaan dan kejujuran yang kita pegang akan mampu menepis semua keraguan. Masalah tersebut tidak cukup besar untuk dijadikan alasan putus” ucapku meyakinkan sembari memegang tangannya.
Sejenak ia terdiam lalu menatapku.
“memang bukan itu saja yang menjadi alasan keputusan ini. Mantan pacar Tri beberapa hari lalu datang dan meminta untuk balikkan lagi, begitu juga dengan ayah yang sepertinya lebih menyetujui Tri berhubungan lagi dengannya”
Sentak ku lepaskan genggaman tangannya.
Gemuruh serasa menderu dihatiku,langit seakan runtuh menimpahku dan rasa sakit ini menyesakkan dada.
“inikah rasanya di jadikan pelariaan cinta?”ucapku sedu.

Sebulan berusaha menerima dan memahami kenyataan pahit ini menimbulkan sepi dan rindu akan kehadiran seorang kekasih.
Pertemuaan dengan Ida, wanita yang di kenalkan oleh temanku mungkin saja dapat mengobati luka dihati. Setelah menjalani hari-hari dengannya dalam status pacaran,tak jua kudapatkan perasaan yang bisa melebihi rasa sayangku seperti pada Tri. Hingga kuputuskan untuk mengakhiri hubungan dengannya.
Kucoba mengarungi samudera cinta kembali,kulabuhkan sejenak di hati-hati mereka.

Pipit namanya, gadis manis dengan postur mungil itu sempat mencuri perhatiaanku. Kesibukkan dalam mengejar cintanya sejenak membuat ku lupa akan bayang-bayang Tri.akhirnya kudapatkan hatinya, namun sifat posesifnya muncul dan ini menimbulkan kegerahan padaku dan memaksaku untuk mengakhiri hubungan pacaran dengannya.

Tak berlangsung lama kesendiriaan ini, berawal dari pertemuaan secara tak sengaja dengan Rini menimbulkan rasa suka dan cinta yang akhirnya berlanjut dalam status pacaran.
Entah ada angin apa,setelah sekian lama Tri kembali menghubungiku. Komunikasi ini kembali menguak semua rasa yang telah coba ku pendam jauh didasar hati. Tutur katanya yang dulu begitu memikatku kini kembali merasuki.
Komunikasi yang terjalin seolah memberi sedikit harapan untuk kembali.
Hal ini membuatku mengabaikan kehadiran Rini yang sekarang telah menjadi pacarku.
Perubahan sikap yang terjadi telah menimbulkan kecurigaaan pada diri Rini.
Suatu hari Rini menemukan pesan dikotak masuk handpone ku, apes nya? aku lupa menghapus pesan sms dari Tri. Kejadiaan itu mengakibatkan pertengkaran besar yang berpengaruh pada hubungan kami.
“Rini sekarang mengerti apa yang membuat abang berubah beberapa hari ini. Rini takkan menyusahkan abang dengan mengajukan pilihan, karena Rini yang akan memberikan keputusan sendiri yaitu sebaiknya kita putus!!”
Semua ini mengejutkan diriku namun akupun juga tak mampu berbuat apa-apa untuk merubah keinginannya itu.
Komunikasi dengan Tri terus ku lakukan dan beberapa kali kami sering janjian buat ketemuan lagi.

Namun beberapa hari ini Tri sangat sulit dihubungi, nomer teleponnya tidak pernah aktif. Hal ini menimbulkan kegundahan dihatiku. Hingga akhirnya aku mendapatkan kabar dari temannya bahwa Tri akan menikah bulan depan.
Kabar itu sungguh perih menyayat hati, menghempaskan semua rasa dan meludahiku untuk kedua kali nya.


Untuk beberapa hari setelahnya, tak sembarangan kuterima cinta dan tak mudah ku mengungkapkan cinta pada wanita yang tertarik padaku, sampai benar-benar ku yakin mencintainya. agar kelak, ku tak menyakiti mereka.
Luka yang kuterima, ku anggap sebagai balasan yang pantas atas perbuatanku yang juga pernah menyakiti mereka.
Cintaku seperti bola kaca, yang menggelinding tak tentu arah dan akhirnya pecah.
“bila kutemukan nanti, maka takkan kusakiti lagi seseorang yang benar tulus mencintaiku..” ucapku dalam hati.

Selasa, 04 Januari 2011

curhat dadakan


‘tel… bangun. Antarin dulu ayah kerja’ ucap ayahku.
Dengan mata yang masih mengantuk dan dengan pikiran yang masih terpaut dengan mimpi indahku malam tadi. Aku beranjak dari tempat tidur dan segera mencuci muka di kamar mandi. Kunyalakan sepeda motor dan melaju mengantarkan ayahku yang dengan tenang duduk di boncengan. Cukup 15 menit untuk tiba di tempat kerjanya. Setelah ia turun akupun tancap gas kembali. Tiba di persimpangan jalan yang hampir sampai di gang rumahku seorang polisi lalu lintas menghentikanku di jalan dan memintaku untuk menepi.
‘pritt….’ Bunyi peluit.
‘selamat pagi pak.. bisa tunjukkan surat-surat kendaraan nya?’ pintanya padaku.
Dengan wajah tegang, akupun menunjukkan STNK saja(saat itu SIM ku belum diurus)
Lalu polisi tersebut membawaku ke pos nya diseberang jalan itu.
‘anda telah malanggar aturan dalam berlalu lintas, yaitu anda tidak menggunakan helm serta tidak memiliki SIM. Maka anda akan di tilang’ ucapnya tegas.
‘mmmm… gawat ni kalo ditilang, urusannya bisa lama. Sedangkan kondisi keuanganku lagi seret dikala itu’ ucapku dalam hati.
Aku mencoba memikirkan cara yang tepat, cepat dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya buat bisa menggagalkan niatan polisi tersebut untuk memberikan surat tilang.
Lalu dengan muka memelas kuhampiri polisi tersebut.
‘Maaf pak.. tolong jangan ditilang. Bukan maksud saya untuk tidak memakai helm, baru seminggu yang lalu helm saya hilang di loker tempat kerja saya. padahal tu helm baru saja saya beli dari hasil gajian saya bulan lalu. Dan saya mengetahui kalau penggunaan helm itu sungguh sangat penting dan berguna untuk menjaga keselamatan kepala kita bila terjadi benturan saat kecelakaan. Karena kalau bukan kita sendiri yang melindungi diri kita lalu siapa lagi.. ya kan pak? Tapi Walau tanpa mengenakan helm, saya tetap harus mengantarkan ayah saya ketempat kerjanya seperti di pagi ini.maklumlah pak, orang tua saya tidak memiliki kendaraan lagi buat bekerja dan saya bisa jadi anak yang durhaka kalau sampai tidak mau mengantarkan ayahnya sendiri. Kalau mengenai SIM, saya sudah punya rencana bakal mengurusnya di akhir bulan dan tentunya mencari waktu off kerja, Sebab hanya disaat itulah saya baru mendapatkan uang dan bisa langsung mengurusnya. Sebab prosedur pengurusan SIM memerlukan waktu yang tidak sebentar.
Gaji saya tidak cukup besar untuk mengurus semua keperluan sekaligus. Belum lagi uang bulanan sepeda motor saya yang sudah mendekati tenggat waktu pembayaran. Kalau ampek terlambat maka sepeda motor saya bisa ditarik Showroom...Kemarin sore, saya juga hampir ditilang disini. Alhamdulillah.. pak polisi baik tersebut mau diajak berdamai. Tapi kalau sekarang ini saya bingung harus berdamai dengan cara bagaimana, karena uang didompet saya juga tidak ada lagi (sembari membuka dompet dan menunjukkan isinya yang memang tidak ada). Kalaupun bapak tak mau sedikit memberi kemudahan dengan memaafkan kesalahan saya dan tetap mau menilang, saya sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Mungkin menurut Bapak kesalahan saya sudah terlalu besar dan tidak mungkin lagi bisa mendapatkan toleransi,Karena sungguh itu sudah menjadi tugas Bapak untuk menegur dan memberi sanksi terhadap masyarakat yang tidak mematuhi aturan dalam berkendaraan dan walau saya tidak tau sampai kapan baru bisa membayar biaya tilang tersebut. Andaipun nantinya saya memiliki uang, saya justru malah bingung harus mendahulukan yang mana, membeli helm,membayar tilang atau mengurus SIM dulu.. yang saya harapkan hanya rasa simpatik Bapak atas……..’
‘sudah…. Sudah… sudah…, ni ambil STNK mu!!’ ucap polisi tersebut memotong bicaraku yang belum selesai.
‘alhamdulillah… makasih ya pak?’ ucapku sembari tersenyum manis dan berjalan tenang keluar.
Baru sebentar keluar pintu,akupun kembali masuk menjumpai pak polisi itu lagi.
‘maaf pak.. nanti saya harus mengantarkan makan siang ayah saya dan pastinya lewat sini lagi. Jadi…. Tolong jangan ditangkap ya pak???
‘yaudah.. sana pergi kau!!’ bentaknya.




(Terinspirasi dari kisah nyata temenku)


Nur efendi

memory of my 'perkutut'


Aku lupa memberi makan burung perkutut peliharaan kami, sehingga dia harus berpuasa 4 hari lama nya dikarenakan kami harus menginap di tempat saudara saat itu. yang parahnya lagi, ternyata aku juga lupa memasukkan nya kedalam rumah. Mungkin dalam hatinya ia berkata
‘hmm.. dasar manusia, kalo emang mau meninggalkan aku diluar, sebaiknya sediain selimut atau berdirikan tenda dan membuatkan api unggun dulu untukku baru boleh pergi’(cem mau kemah aja?)
Mungkin saja saat ini dia masuk angin dan repotnya lagi kalo ampek dia minta dikeroki(soalnya lebih besar uang logam daripada tubuhnya).
Setibanya dirumah, bergegas aku kebelakang rumah. Tampak bagiku si perkutut tengah ngobrol dengan hewan sejenisnya yang sering bertengger di pohon belakang rumah. Obrolan mereka terlihat serius seperti merencanakan untuk melakukan invasi ke manusia, sebab perlakuan manusia yang kurang hewani terhadap mereka. Pernah mereka mengirimkan surat pengaduan ke KOMNASPH (komisi nasional perlindungan hewan) tapi tak pernah ditanggapi, mungkin karena tulisan mereka yang kurang bagus atau pola pemilihan kata yang kurang tepat. Berikut ini adalah beberapa penggalan dari isi surat mereka
‘weaaarr.. cuit.. cuitt cuit,, rgrrr@tn #hh gerrr critt .. cuitiiii @@mmm.. hergg prrr kutut tut tut tut.. oorrg orgh@ …. Dst’( klo mau yang lengkapnya, bilang ya.. ntar aq kirimin)
Obrolan mereka sentak teputus sebab keberadaan ku telah mereka ketahui, mereka diam seolah mereka takut kalo aq akan membocorkan rencana mereka saat itu. Aq menurunkan sangkar perkututku dan mencoba mengisi tempat makannya yang sudah kosong. Mungkin dia sedang ngambek kepadaku,sebab tak terlihat senyuman di paruhnya(Ha.. ha.. mang gimana bentuknya kalo burung senyum?)
Di palingkan wajahya saat aku menatap matanya.
‘maafkan aku atas kekhilafan ini, janganlah engkau marah padaku, sungguh sunyi hariku tanpa kicaumu’ ucapku merayu.
‘crett…’ suara terdengar dari atas.
Jatuh mengenai kepalaku, hangat terasa menembus ubun-ubunku.
Ternyata burung perkutut yang bertengger tadi masih diatas dan kini sengaja menjatuhkan kotorannya.
Aku hanya memaki dalam hati sembari membersihkan kotoran itu dari kepalaku.
Aq memaklumi hal itu, mungkin saja burung itu merasa cemburu melihat aq yang tengah menggoda perkutut peliharaanku karena dari yang kudengar, mereka itu berpacaran(cemburu buta versi burung, ha ha.. manusia jangan meniru tindakannya ya?).
‘wahai burung diatas sana, sungguh tiada maksud apapun diriku atas dirinya. Tak perlu engkau ragukan akan kesetiaan cintanya. Dan jangan pula engkau berpikiran negatif terhadapnya, kami sama-sama normal dan tidak ada penyimpangan di diri kami(karena burung perkutut peliharaan ku itu jantan! Pastilah lah dia merasa aneh melihat aku merayu cowoknya tadi).kejujuran ini aq sampaikan kepadamu hanya agar engkau tau kalo bagiku kalian adalah pasangan serasi, mungkin aq bisa jadi saksi dalam pernikahan kalian nantinya( ha ha ha.. gombalisme, mungkin bisa kalian gunakan untuk menyatukan hewan peliharaan kalian yang sedang
bertengkar dengan pasangannya)’ ucapku padanya.
Burung itu pun lalu terbang seolah memahami penjelasanku (atau malah pergi Karena menyadari klo aq tu stress. He.. he..)
Aq kembali mengisi tempat air minum perkututku yang juga telah kosong. Pantes aja aq mencium bau tak sedap, ternyata selama 4 hari itu dia juga tidak mandi sebab aku pun lupa mengisi air minumnya saat pergi kemarin. Sebagai tanda permintaan maafku mungkin saja aq bisa membelikannya shower dan bak mandi baru agar lebih memanjakannya.
3 hari setelah kejadian itu, kutemukan pintu sangkarnya telah terbuka. Mungkin dia telah mendapat bantuan tenaga professional, hingga mampu membuka gembok sangkar yang dirancang khusus menggunakan sandi dan dapat dengan mudah mematikan alarm canggih yang ku pasang.
‘pasti ini telah kau rencana kan sebelumnya dan aku akan coba merelakan kepergiaanmu. Mungkin saat ini kau tengah terbang berkeliling, mencari kampus yang tepat buatmu menuntut ilmu demi cita-citamu menjadi Duta Besar Burung di Indonesia. Aku kan selalu mendukungmu perkututku!’ ucapku sembari memandang ke atas langit yang luas.

Di dedikasikan buat burung perkututku.

Nur efendi