Selasa, 04 Januari 2011

memory of my 'perkutut'


Aku lupa memberi makan burung perkutut peliharaan kami, sehingga dia harus berpuasa 4 hari lama nya dikarenakan kami harus menginap di tempat saudara saat itu. yang parahnya lagi, ternyata aku juga lupa memasukkan nya kedalam rumah. Mungkin dalam hatinya ia berkata
‘hmm.. dasar manusia, kalo emang mau meninggalkan aku diluar, sebaiknya sediain selimut atau berdirikan tenda dan membuatkan api unggun dulu untukku baru boleh pergi’(cem mau kemah aja?)
Mungkin saja saat ini dia masuk angin dan repotnya lagi kalo ampek dia minta dikeroki(soalnya lebih besar uang logam daripada tubuhnya).
Setibanya dirumah, bergegas aku kebelakang rumah. Tampak bagiku si perkutut tengah ngobrol dengan hewan sejenisnya yang sering bertengger di pohon belakang rumah. Obrolan mereka terlihat serius seperti merencanakan untuk melakukan invasi ke manusia, sebab perlakuan manusia yang kurang hewani terhadap mereka. Pernah mereka mengirimkan surat pengaduan ke KOMNASPH (komisi nasional perlindungan hewan) tapi tak pernah ditanggapi, mungkin karena tulisan mereka yang kurang bagus atau pola pemilihan kata yang kurang tepat. Berikut ini adalah beberapa penggalan dari isi surat mereka
‘weaaarr.. cuit.. cuitt cuit,, rgrrr@tn #hh gerrr critt .. cuitiiii @@mmm.. hergg prrr kutut tut tut tut.. oorrg orgh@ …. Dst’( klo mau yang lengkapnya, bilang ya.. ntar aq kirimin)
Obrolan mereka sentak teputus sebab keberadaan ku telah mereka ketahui, mereka diam seolah mereka takut kalo aq akan membocorkan rencana mereka saat itu. Aq menurunkan sangkar perkututku dan mencoba mengisi tempat makannya yang sudah kosong. Mungkin dia sedang ngambek kepadaku,sebab tak terlihat senyuman di paruhnya(Ha.. ha.. mang gimana bentuknya kalo burung senyum?)
Di palingkan wajahya saat aku menatap matanya.
‘maafkan aku atas kekhilafan ini, janganlah engkau marah padaku, sungguh sunyi hariku tanpa kicaumu’ ucapku merayu.
‘crett…’ suara terdengar dari atas.
Jatuh mengenai kepalaku, hangat terasa menembus ubun-ubunku.
Ternyata burung perkutut yang bertengger tadi masih diatas dan kini sengaja menjatuhkan kotorannya.
Aku hanya memaki dalam hati sembari membersihkan kotoran itu dari kepalaku.
Aq memaklumi hal itu, mungkin saja burung itu merasa cemburu melihat aq yang tengah menggoda perkutut peliharaanku karena dari yang kudengar, mereka itu berpacaran(cemburu buta versi burung, ha ha.. manusia jangan meniru tindakannya ya?).
‘wahai burung diatas sana, sungguh tiada maksud apapun diriku atas dirinya. Tak perlu engkau ragukan akan kesetiaan cintanya. Dan jangan pula engkau berpikiran negatif terhadapnya, kami sama-sama normal dan tidak ada penyimpangan di diri kami(karena burung perkutut peliharaan ku itu jantan! Pastilah lah dia merasa aneh melihat aku merayu cowoknya tadi).kejujuran ini aq sampaikan kepadamu hanya agar engkau tau kalo bagiku kalian adalah pasangan serasi, mungkin aq bisa jadi saksi dalam pernikahan kalian nantinya( ha ha ha.. gombalisme, mungkin bisa kalian gunakan untuk menyatukan hewan peliharaan kalian yang sedang
bertengkar dengan pasangannya)’ ucapku padanya.
Burung itu pun lalu terbang seolah memahami penjelasanku (atau malah pergi Karena menyadari klo aq tu stress. He.. he..)
Aq kembali mengisi tempat air minum perkututku yang juga telah kosong. Pantes aja aq mencium bau tak sedap, ternyata selama 4 hari itu dia juga tidak mandi sebab aku pun lupa mengisi air minumnya saat pergi kemarin. Sebagai tanda permintaan maafku mungkin saja aq bisa membelikannya shower dan bak mandi baru agar lebih memanjakannya.
3 hari setelah kejadian itu, kutemukan pintu sangkarnya telah terbuka. Mungkin dia telah mendapat bantuan tenaga professional, hingga mampu membuka gembok sangkar yang dirancang khusus menggunakan sandi dan dapat dengan mudah mematikan alarm canggih yang ku pasang.
‘pasti ini telah kau rencana kan sebelumnya dan aku akan coba merelakan kepergiaanmu. Mungkin saat ini kau tengah terbang berkeliling, mencari kampus yang tepat buatmu menuntut ilmu demi cita-citamu menjadi Duta Besar Burung di Indonesia. Aku kan selalu mendukungmu perkututku!’ ucapku sembari memandang ke atas langit yang luas.

Di dedikasikan buat burung perkututku.

Nur efendi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar