Selasa, 04 Januari 2011

mr. telat


Telat, seolah menjadi kebiasaan buatku di masa sekolahan dulu. Seandainya saja ada mata pelajaran telat, mungkin aku yang kan mendapat nilai tertinggi.
Telatku baru dimulai setelah masuk kelas 2 STM, soalnya di kelas 1 masa nya buat mengobservasi sekolah sehingga menuntutku untuk datang lebih cepat karena harus mengumpulkan data,menganalisa sifat-sifat guru, memahami kondisi dan kebiasaan mereka, menemukan letak kelemahan sistem keamanaan di sekolah itu, mencari tahu tempat yang berpeluang buat kabur, dan mengumpulkan anggota (he.. hee.. udah macam jaringan teroris tingkat sekolahan aja).
Perjalanan dari tanjung morawa ke sekolahku di medan kurang lebih memakan waktu 45 menit tidak termasuk macet dan kesiangan. Pukul 07.10 wib bel sekolah telah di bunyikan tapi aku masih di perjalanan.murid yang masuk disaat itu berada dalam kawasan kuning, yang berarti hanya mendapatkan hukuman ringan. Hanya boleh masuk bila telah mengumpulkan sampah digenggamannya. Sedangkan aku baru tiba di sekolah pada pukul 07.30 yang berarti berada dalam kawasan merah. Guru BP yang bertugas saat itu mmemiliki postur yang unik, perutnya condong kedepan alias buncit(mmm… aku sempat berpikir mungkin saja bapak itu punya masalah dengan susah buang air besar, sehingga hanya mampu 2 kali buang air besar dalam sebulan lalu mengakibatkan penimbunan sisa makanan di perutnya.Hee.. hee. Bercanda pak?)
‘kenapa kamu terlambat?’ Tanya nya padaku.
‘maaf pak, susah dapet angkot nya, begitu dapat malah terjebak macet. Padahal saya berangkat dari rumah pukul 06.00 lo pak( mmm.. alasan standart)’ jawab ku.
‘kalau begitu, Besok berangkatnya lebih cepat!’ tambahnya.
Tanpa bertanya lagi, dia pun lalu menyuruhku berjalan jongkok mengitari halaman depan sekolah (mau lepas rasanya dengkul ni…) dan setelah itu memberi cubitan khas di perut yang sakit sekali serasa langit runtuh di kepalamu dan petir menyambar tubuhmu serta matahari membakarmu(halah.. lebay!!).
Keesokannya akupun terlambat lagi.
‘kenapa kamu terlambat lagi’ Tanya nya.
‘saya sudah berangkat lebih cepat seperti yang bapak bilang, tapi ada halangan di jalan pak? Ada truk pengangkut tepung yang terbalik di jalan. Karung-karung tepungnya berserakan, mungkin karena muatannya yang terlalu banyak dan tak memenuhi standart keamanan sehingga membuat truk itu terbalik saat menikung. Untung tidak ada yang terluka, tapi akibat kejadiaan itu terjadi kemacetan yang cukup panjang dan menyibukkan para polisi untuk menstabilkan keadaan’ jelasku padanya( berharap ia akan tertarik dengan beritaku dan melupakan hukuman buatku). Mmm… tapi tetap aja aq mendapat hukuman yang sama.
Besoknya lagi, besoknya lagi dan besok-besoknya lagi, aku selalu memberi alasan yang bervariatif(seperti koki yang selalu berusaha menyediakan resep-resep yang baru), tapi tetap aja mendapat hukuman yang sama.
Tapi kali ini berbeda karena ini hari senin, yang berarti akan ada upacara bendera yang pelaksanaannya dimulai lebih cepat.
Baru tiba di luar gerbang, aku sudah mendengar pidato kepala sekolah yang menandakan upacara akan segera selesai. Terlihat pula murid-murid yang tergabung dalam MUHOLAT(murid-murid hobi telat) telah di bariskan di tempat-tempat tersendiri sesuai dengan urutan lamanya waktu terlambat mereka.
Kebayang olehku andai saja aku masuk, tentu aku akan berdiri sendirian di belakang karena menjadi murid yang paling-paling terlambat. Tentu juga harus menerima hukuman lebih, dari para guru BP yang kebetulan berkumpul semua. Cubitan khas dari bapak dengan perut terseksi sesekolahan,jepretan rotan dikaki dari bapak yang memiliki kepala terlicin sedunia(yang terkadang digunakan sebagai cermin oleh guru-guru yang lainnya saat mereka ingin bercukur), serta omelan panjang dari ibu BP (yang mungkin selalu melatih dirinya dengan makan cabai sekilo dalam sehari hanya untuk menghasilkan omelan yang sepedas itu).
Aku putuskan menunda masuk dan memikirkan cara lain buat masuk tanpa di hukum.
Setelah upacara selesai dan semua murid kembali masuk ke ruangan nya masing-masing tapi aku masih menunggu diluar gerbang.
Aku pun menitipkan tasku pada pemilik kedai kopi di depan sekolahan dan menyelipkan sebagian buku di balik seragamku. Dengan meninting lembaran kertas fotocopy, aku berjalan perlahan mencoba untuk menembus benteng pertahanan sekolah( post satpam) sembari memperhatikan kondisi di sekitar.
Para guru BP terlihat sibuk menghukum para siswa yang terlambat tadi, hal ini sungguh mempermudahku dalam menyelesaikan tugas Negara ini.
‘hei.. dari mana kamu?’ Tanya satpam sekolahku.(ingin rsanya mengeluarkan senjata canggih dan membuatnya membeku seperti yang dilakukan agen-agen rahasia dalam film barat).
‘baru dari tempat fotocopy pak?’ jawabku sambil menunjukkan kertas fotocopy yang ku pegang tadi(sebenarnya itu kertas ulangan ppkn minggu lalu). Ia pun percaya tanpa rasa curiga, mungkin karena melihat wjahku yang polos, baik hati, tampan ,menawan, jujur dan kelihatan berwibawa. (He.. hee…NARSIS)
Aku pun berjalan tenang sembari tersenyum karena telah berhasil masuk.
Namun ternyata Tuhan berkehendak lain.
‘ fendi!!’terdengar suara memanggil dari arah belakangku.
mmm.. ternyata dari guru BP berperut seksi.
‘ kamu terlambat kan! Jangan berharap bisa ngelabui bapak. Sini kamu!’
Aq pun terdiam dan tak mampu membela diri sebab ia lebih tau akan kebiasaan terlambatku. Selanjutnya akupun mendapatkan hukuman dari masing-masing guru BP.
Begitulah seterusnya rutinitas yang ku jalani ditiap pagi hingga akhir masa sekolahku. Untungnya kebiasaan itu sekarang telah hilang. bukan kebiasaan telatnya yang ku takutkan, tapi kebiasaan mengumpulkan sampah di tiap pagi.
Gak kebayang kalo sekarang tanpa sadar ngumpulin sampah-sampah di sepanjang jalan menuju tempat kerjaku( mmm… dikirain PU pulak aku nanti?)


Thnk’s buat enok dan riki yang tanpa sengaja maupun tanpa disadari,mrk tlah ikut membantu mengembangkan kebiasaan telatku( hee… jangan ditiru ya?)

Nur efendi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar