Rabu, 05 Januari 2011

malam hari kena pemadaman listrik!

mmm.. ni lah benci nya kalo lg pemadaman listrik. suntuk kali ku rasa! maklum lah, aku kan gak sempat tau gimana rasa ny hidup tanpa listrik cem yang sudah dijalani ama omak dan kakek nenek kita.
udahlah gelap, ditambah udara yang dingin dikarenakan di luar rumah turun hujan (untung hujannya gak di dalam rumah). nyamuk-nyamuk pun semua pada beraksi. aku yang cuma pake boxer dan kaos pun menjadi sasaran empuk mereka.
"pak..puk..pak.."suara tepukan. tapi karena suasana ruangan yang remang membuat para nyamuk sangat susah untuk terlihat. anti nyamuk bakar yg dipasang adekku, ternyata tak mampu membuat mereka gentar. mereka tetap saja berlalu lalang berdenging di telingaku dan kemudian hinggap menggigit. ingin rasanya segera tidur, berselubung selimut untuk menghindari gigitan nyamuk yang tak mau mundur. tapi rasanya sayang? jam di dindingku masih menunjukkan pukul 20.00 wib. tak rela rasanya membiarkan malam ini berlalu dengan cepat. kucoba menepis kesunyian di ruang tamu dengan bermain gitar akustik kepunyaanku (mf salah,'pinjemanku' he..he..) satu, dua, dan akhirnya beberapa lagu pop terbaru pun berhasil dimainkan. tp tetap aja kurang asik, habisnya cuma aku sendiri aja yang nyanyi..
emak dan abang ku kelihatan lagi ngobrol (bukan nggosip ya?) ku hentikan permainan gitarku dan mencoba berbaur dengan kegiatan mereka. o.. ternyata topiknya adalah tentang kisah-kisah masa lalu emakku. ternyata seru juga ceritanya. ku dengarin sambil tepuk kanan tepuk kiri (maklum, serangan nyamuknya tetap saja berlangsung).
cerita emakku pun selesai, diakhiri dengan nguapan panjang darinya. dia pun beranjak masuk ke kamar diikuti pula oleh ayahku.
yang masih bertahan di ruang tamu hanya aku, adik dan abangku saja. si abang sibuk dengan hp nya.. si adik sibuk pula dengan mainan nya.. dan aku sendiri, sibuk pula dengan tulisanku.
walau dengan pencahayaan lampu teplok, ku tetap menulis apa yang sekarang sedang kalian baca ini.
"hu..aaa..mm." ternyata rasa kantuk sudah mulai merajaiku. ya sudahlah? kuhentikan saja kegiatan corat-coretku dan mulai beranjak meninggalkan ruang tamu dan menuju ke kasur hangat.
kurebahkan tubuhku, tarik selimut, baca doa, pejamkan mata dan akhirnya tidur.

cinta bola kaca




Langit yang gelap dibalut dingin suasana malam disepanjang jalanan di kota. Ku bawa ia di tempat makan pinggir jalan. Hati yang masih kacau-balau mencari kepastian atas ucapannya di telepon kemarin malam.
“Tri.. abang ingin tau alasan mengapa engkau meminta untuk mengakhiri hubungan ini?”
“maaf kan Tri bang. Kan sudah Tri beritahu alasannya. Tri nggak bisa ngejalani hubungan jarak jauh seperti ini. Rasa curiga ,cemburu dan sepi terkadang datang beriringan dengan rasa rindu yang menghantui”
“tapi hal semacam itu sudah pernah kita bicarakan,dasar kepercayaan dan kejujuran yang kita pegang akan mampu menepis semua keraguan. Masalah tersebut tidak cukup besar untuk dijadikan alasan putus” ucapku meyakinkan sembari memegang tangannya.
Sejenak ia terdiam lalu menatapku.
“memang bukan itu saja yang menjadi alasan keputusan ini. Mantan pacar Tri beberapa hari lalu datang dan meminta untuk balikkan lagi, begitu juga dengan ayah yang sepertinya lebih menyetujui Tri berhubungan lagi dengannya”
Sentak ku lepaskan genggaman tangannya.
Gemuruh serasa menderu dihatiku,langit seakan runtuh menimpahku dan rasa sakit ini menyesakkan dada.
“inikah rasanya di jadikan pelariaan cinta?”ucapku sedu.

Sebulan berusaha menerima dan memahami kenyataan pahit ini menimbulkan sepi dan rindu akan kehadiran seorang kekasih.
Pertemuaan dengan Ida, wanita yang di kenalkan oleh temanku mungkin saja dapat mengobati luka dihati. Setelah menjalani hari-hari dengannya dalam status pacaran,tak jua kudapatkan perasaan yang bisa melebihi rasa sayangku seperti pada Tri. Hingga kuputuskan untuk mengakhiri hubungan dengannya.
Kucoba mengarungi samudera cinta kembali,kulabuhkan sejenak di hati-hati mereka.

Pipit namanya, gadis manis dengan postur mungil itu sempat mencuri perhatiaanku. Kesibukkan dalam mengejar cintanya sejenak membuat ku lupa akan bayang-bayang Tri.akhirnya kudapatkan hatinya, namun sifat posesifnya muncul dan ini menimbulkan kegerahan padaku dan memaksaku untuk mengakhiri hubungan pacaran dengannya.

Tak berlangsung lama kesendiriaan ini, berawal dari pertemuaan secara tak sengaja dengan Rini menimbulkan rasa suka dan cinta yang akhirnya berlanjut dalam status pacaran.
Entah ada angin apa,setelah sekian lama Tri kembali menghubungiku. Komunikasi ini kembali menguak semua rasa yang telah coba ku pendam jauh didasar hati. Tutur katanya yang dulu begitu memikatku kini kembali merasuki.
Komunikasi yang terjalin seolah memberi sedikit harapan untuk kembali.
Hal ini membuatku mengabaikan kehadiran Rini yang sekarang telah menjadi pacarku.
Perubahan sikap yang terjadi telah menimbulkan kecurigaaan pada diri Rini.
Suatu hari Rini menemukan pesan dikotak masuk handpone ku, apes nya? aku lupa menghapus pesan sms dari Tri. Kejadiaan itu mengakibatkan pertengkaran besar yang berpengaruh pada hubungan kami.
“Rini sekarang mengerti apa yang membuat abang berubah beberapa hari ini. Rini takkan menyusahkan abang dengan mengajukan pilihan, karena Rini yang akan memberikan keputusan sendiri yaitu sebaiknya kita putus!!”
Semua ini mengejutkan diriku namun akupun juga tak mampu berbuat apa-apa untuk merubah keinginannya itu.
Komunikasi dengan Tri terus ku lakukan dan beberapa kali kami sering janjian buat ketemuan lagi.

Namun beberapa hari ini Tri sangat sulit dihubungi, nomer teleponnya tidak pernah aktif. Hal ini menimbulkan kegundahan dihatiku. Hingga akhirnya aku mendapatkan kabar dari temannya bahwa Tri akan menikah bulan depan.
Kabar itu sungguh perih menyayat hati, menghempaskan semua rasa dan meludahiku untuk kedua kali nya.


Untuk beberapa hari setelahnya, tak sembarangan kuterima cinta dan tak mudah ku mengungkapkan cinta pada wanita yang tertarik padaku, sampai benar-benar ku yakin mencintainya. agar kelak, ku tak menyakiti mereka.
Luka yang kuterima, ku anggap sebagai balasan yang pantas atas perbuatanku yang juga pernah menyakiti mereka.
Cintaku seperti bola kaca, yang menggelinding tak tentu arah dan akhirnya pecah.
“bila kutemukan nanti, maka takkan kusakiti lagi seseorang yang benar tulus mencintaiku..” ucapku dalam hati.

Selasa, 04 Januari 2011

curhat dadakan


‘tel… bangun. Antarin dulu ayah kerja’ ucap ayahku.
Dengan mata yang masih mengantuk dan dengan pikiran yang masih terpaut dengan mimpi indahku malam tadi. Aku beranjak dari tempat tidur dan segera mencuci muka di kamar mandi. Kunyalakan sepeda motor dan melaju mengantarkan ayahku yang dengan tenang duduk di boncengan. Cukup 15 menit untuk tiba di tempat kerjanya. Setelah ia turun akupun tancap gas kembali. Tiba di persimpangan jalan yang hampir sampai di gang rumahku seorang polisi lalu lintas menghentikanku di jalan dan memintaku untuk menepi.
‘pritt….’ Bunyi peluit.
‘selamat pagi pak.. bisa tunjukkan surat-surat kendaraan nya?’ pintanya padaku.
Dengan wajah tegang, akupun menunjukkan STNK saja(saat itu SIM ku belum diurus)
Lalu polisi tersebut membawaku ke pos nya diseberang jalan itu.
‘anda telah malanggar aturan dalam berlalu lintas, yaitu anda tidak menggunakan helm serta tidak memiliki SIM. Maka anda akan di tilang’ ucapnya tegas.
‘mmmm… gawat ni kalo ditilang, urusannya bisa lama. Sedangkan kondisi keuanganku lagi seret dikala itu’ ucapku dalam hati.
Aku mencoba memikirkan cara yang tepat, cepat dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya buat bisa menggagalkan niatan polisi tersebut untuk memberikan surat tilang.
Lalu dengan muka memelas kuhampiri polisi tersebut.
‘Maaf pak.. tolong jangan ditilang. Bukan maksud saya untuk tidak memakai helm, baru seminggu yang lalu helm saya hilang di loker tempat kerja saya. padahal tu helm baru saja saya beli dari hasil gajian saya bulan lalu. Dan saya mengetahui kalau penggunaan helm itu sungguh sangat penting dan berguna untuk menjaga keselamatan kepala kita bila terjadi benturan saat kecelakaan. Karena kalau bukan kita sendiri yang melindungi diri kita lalu siapa lagi.. ya kan pak? Tapi Walau tanpa mengenakan helm, saya tetap harus mengantarkan ayah saya ketempat kerjanya seperti di pagi ini.maklumlah pak, orang tua saya tidak memiliki kendaraan lagi buat bekerja dan saya bisa jadi anak yang durhaka kalau sampai tidak mau mengantarkan ayahnya sendiri. Kalau mengenai SIM, saya sudah punya rencana bakal mengurusnya di akhir bulan dan tentunya mencari waktu off kerja, Sebab hanya disaat itulah saya baru mendapatkan uang dan bisa langsung mengurusnya. Sebab prosedur pengurusan SIM memerlukan waktu yang tidak sebentar.
Gaji saya tidak cukup besar untuk mengurus semua keperluan sekaligus. Belum lagi uang bulanan sepeda motor saya yang sudah mendekati tenggat waktu pembayaran. Kalau ampek terlambat maka sepeda motor saya bisa ditarik Showroom...Kemarin sore, saya juga hampir ditilang disini. Alhamdulillah.. pak polisi baik tersebut mau diajak berdamai. Tapi kalau sekarang ini saya bingung harus berdamai dengan cara bagaimana, karena uang didompet saya juga tidak ada lagi (sembari membuka dompet dan menunjukkan isinya yang memang tidak ada). Kalaupun bapak tak mau sedikit memberi kemudahan dengan memaafkan kesalahan saya dan tetap mau menilang, saya sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Mungkin menurut Bapak kesalahan saya sudah terlalu besar dan tidak mungkin lagi bisa mendapatkan toleransi,Karena sungguh itu sudah menjadi tugas Bapak untuk menegur dan memberi sanksi terhadap masyarakat yang tidak mematuhi aturan dalam berkendaraan dan walau saya tidak tau sampai kapan baru bisa membayar biaya tilang tersebut. Andaipun nantinya saya memiliki uang, saya justru malah bingung harus mendahulukan yang mana, membeli helm,membayar tilang atau mengurus SIM dulu.. yang saya harapkan hanya rasa simpatik Bapak atas……..’
‘sudah…. Sudah… sudah…, ni ambil STNK mu!!’ ucap polisi tersebut memotong bicaraku yang belum selesai.
‘alhamdulillah… makasih ya pak?’ ucapku sembari tersenyum manis dan berjalan tenang keluar.
Baru sebentar keluar pintu,akupun kembali masuk menjumpai pak polisi itu lagi.
‘maaf pak.. nanti saya harus mengantarkan makan siang ayah saya dan pastinya lewat sini lagi. Jadi…. Tolong jangan ditangkap ya pak???
‘yaudah.. sana pergi kau!!’ bentaknya.




(Terinspirasi dari kisah nyata temenku)


Nur efendi

memory of my 'perkutut'


Aku lupa memberi makan burung perkutut peliharaan kami, sehingga dia harus berpuasa 4 hari lama nya dikarenakan kami harus menginap di tempat saudara saat itu. yang parahnya lagi, ternyata aku juga lupa memasukkan nya kedalam rumah. Mungkin dalam hatinya ia berkata
‘hmm.. dasar manusia, kalo emang mau meninggalkan aku diluar, sebaiknya sediain selimut atau berdirikan tenda dan membuatkan api unggun dulu untukku baru boleh pergi’(cem mau kemah aja?)
Mungkin saja saat ini dia masuk angin dan repotnya lagi kalo ampek dia minta dikeroki(soalnya lebih besar uang logam daripada tubuhnya).
Setibanya dirumah, bergegas aku kebelakang rumah. Tampak bagiku si perkutut tengah ngobrol dengan hewan sejenisnya yang sering bertengger di pohon belakang rumah. Obrolan mereka terlihat serius seperti merencanakan untuk melakukan invasi ke manusia, sebab perlakuan manusia yang kurang hewani terhadap mereka. Pernah mereka mengirimkan surat pengaduan ke KOMNASPH (komisi nasional perlindungan hewan) tapi tak pernah ditanggapi, mungkin karena tulisan mereka yang kurang bagus atau pola pemilihan kata yang kurang tepat. Berikut ini adalah beberapa penggalan dari isi surat mereka
‘weaaarr.. cuit.. cuitt cuit,, rgrrr@tn #hh gerrr critt .. cuitiiii @@mmm.. hergg prrr kutut tut tut tut.. oorrg orgh@ …. Dst’( klo mau yang lengkapnya, bilang ya.. ntar aq kirimin)
Obrolan mereka sentak teputus sebab keberadaan ku telah mereka ketahui, mereka diam seolah mereka takut kalo aq akan membocorkan rencana mereka saat itu. Aq menurunkan sangkar perkututku dan mencoba mengisi tempat makannya yang sudah kosong. Mungkin dia sedang ngambek kepadaku,sebab tak terlihat senyuman di paruhnya(Ha.. ha.. mang gimana bentuknya kalo burung senyum?)
Di palingkan wajahya saat aku menatap matanya.
‘maafkan aku atas kekhilafan ini, janganlah engkau marah padaku, sungguh sunyi hariku tanpa kicaumu’ ucapku merayu.
‘crett…’ suara terdengar dari atas.
Jatuh mengenai kepalaku, hangat terasa menembus ubun-ubunku.
Ternyata burung perkutut yang bertengger tadi masih diatas dan kini sengaja menjatuhkan kotorannya.
Aku hanya memaki dalam hati sembari membersihkan kotoran itu dari kepalaku.
Aq memaklumi hal itu, mungkin saja burung itu merasa cemburu melihat aq yang tengah menggoda perkutut peliharaanku karena dari yang kudengar, mereka itu berpacaran(cemburu buta versi burung, ha ha.. manusia jangan meniru tindakannya ya?).
‘wahai burung diatas sana, sungguh tiada maksud apapun diriku atas dirinya. Tak perlu engkau ragukan akan kesetiaan cintanya. Dan jangan pula engkau berpikiran negatif terhadapnya, kami sama-sama normal dan tidak ada penyimpangan di diri kami(karena burung perkutut peliharaan ku itu jantan! Pastilah lah dia merasa aneh melihat aku merayu cowoknya tadi).kejujuran ini aq sampaikan kepadamu hanya agar engkau tau kalo bagiku kalian adalah pasangan serasi, mungkin aq bisa jadi saksi dalam pernikahan kalian nantinya( ha ha ha.. gombalisme, mungkin bisa kalian gunakan untuk menyatukan hewan peliharaan kalian yang sedang
bertengkar dengan pasangannya)’ ucapku padanya.
Burung itu pun lalu terbang seolah memahami penjelasanku (atau malah pergi Karena menyadari klo aq tu stress. He.. he..)
Aq kembali mengisi tempat air minum perkututku yang juga telah kosong. Pantes aja aq mencium bau tak sedap, ternyata selama 4 hari itu dia juga tidak mandi sebab aku pun lupa mengisi air minumnya saat pergi kemarin. Sebagai tanda permintaan maafku mungkin saja aq bisa membelikannya shower dan bak mandi baru agar lebih memanjakannya.
3 hari setelah kejadian itu, kutemukan pintu sangkarnya telah terbuka. Mungkin dia telah mendapat bantuan tenaga professional, hingga mampu membuka gembok sangkar yang dirancang khusus menggunakan sandi dan dapat dengan mudah mematikan alarm canggih yang ku pasang.
‘pasti ini telah kau rencana kan sebelumnya dan aku akan coba merelakan kepergiaanmu. Mungkin saat ini kau tengah terbang berkeliling, mencari kampus yang tepat buatmu menuntut ilmu demi cita-citamu menjadi Duta Besar Burung di Indonesia. Aku kan selalu mendukungmu perkututku!’ ucapku sembari memandang ke atas langit yang luas.

Di dedikasikan buat burung perkututku.

Nur efendi

manis, asem, asin dan pedasnya cinta


Langit adalah seorang pemuda penjual rujak keliling.Di siang ini, ia menjajakan rujaknya di wilayah perumahan sederhana. Terik matahari yang menyengat seakan tak dirasakan lagi olehnya, mungkin karena tubuhnya telah terbiasa mengecap panasnya dunia.
“rujak.. rujak.. rujakkk..” begitu teriaknya menjajakan dagangannya. Ia berkeliling sepanjang jalan.
“bang… beli rujaknya!” terdengar panggilan seorang wanita dari belakang. Sekejap saja langit berhenti dan menoleh kearah asal suara itu. Tertagum dan terpesona sambil berucap didalam hatinya “subhanallah.. sungguh hampir sempurna tuhan menciptakan makhluk yang seindah itu, bagaikan embun pagi yang menyegarkan mata .” ucapnya kagum.
Ternyata wanita itu adalah Bening, seorang wanita dengan paras cantik,berkulit kuning langsat dibalut senyuman manis dan gigi gisungnya.
“bang beli rujaknya tapi jangan ada bengkoang nya ya?” ucapnya . Tersadar langit dari kagum mendadaknya.
“ o. iya, akan saya buatkan. Mbak gak suka bengkoang ya?”
“iya, saya kurang suka bengkoang..” jawab Bening.
Sambil membuatkan pesanan, Langit coba beranikan diri meminta berkenalan dengannya, dengan tersenyum bening menyambutnya.

Bayang wajah wanita itu kini hadir dilamunan Langit.
Keesokan harinya, Langit kembali menjajakan rujaknya didaerah tempat tinggal Bening. Di waktu yang sama Langit sampai disana, ternyata Bening juga lagi diberanda rumah. Dan seperti kemarin, Bening pun kembali membeli rujak dagangannya. Seakan telah dipersiapkan sebelumnya, kini Langit menyisihkan waktu lebih lama untuk bercakap-cakap dengannya. Ternyata tak Cuma wajahnya yang cantik, tapi juga hati dan tutur katanya yang lembut membuat Langit hampir lupa bahwa ia harus kembali berjualan saat itu.
Dihari berikutnya, Langit datang berjualan kesana lebih cepat sekedar untuk menitipkan secarik kertas berisikan puisi di beranda rumahnya Bening.

“ Wahai sang mentari
Redupkan sinarmu disaat terik menyengat kedalam kulitnya.
Wahai semilir angin…
Hembuskan kesejukan ditiap lekuk jiwanya yang gerah.
Wahai sang waktu...
Berikan kemudahan dan warna indah ditiap detik langkahnya. “

Hampir setiap pagi, langit menitipkan lembar demi lembar untaian puisi yang dia rangkai sendiri.
Bening membaca tiap puisi, dan bisa menebak kalau itu semua adalah langit yang membuatnya.
Awan tampak mendung dimalam itu. Langit memberanikan diri untuk datang sekedar bertamu kerumah Bening.Tampak sebuah mobil kijang silver yang terlihat mewah telah parkir lebih dahulu dihalaman depan rumah. Tak mau berpikiran negatif, Langit segera memarkirkan sepeda motornya.
“assalamualikum… “ ucap langit.
“walaikumsalam…” sahut dari dalam. Ternyata Bening yang membukakan pintu dan mempersilahkan masuk. Namun ternyata tlah ada seorang cowok yang kelihatan sebaya dengan Langit, telah duduk diruang tamu. Bening memperkenalkan Langit dengannya. Cowok itu adalah “ Rain” pacarnya Bening. Mereka telah 2 tahun berpacaran.
Rasa tak betah untuk berlama-lama, Langit pun segera berpamitan untuk pulang.

Setelah malam itu, Langit mulai jarang berjualan didaerah tempat tinggal Bening. Bukan karena benci, tapi sekedar berusaha untuk menepiskan rasa dihatinya sendiri.

Suatu sore Bening mengalami kecelakaan, ia tertabrak mobil diperjalanan pulang. Meski hanya mengalami luka luar yang ringan, tapi benturan yang terjadi telah mengakibatkan luka dalam yang cukup serius. Dokter menyatakan bahwa telah terjadi benturan ditulang belakang nya sehingga mengakibatkan kelumpuhan.
Seakan diselimuti kabut pekat, vonis dokter tersebut seolah membuat separuh dari hidupnya hilang.
Kedua orang tua nya pun terpukul atas kejadiaan itu. begitu pula Rain dan Langit saat mendengar kabar tersebut.
Di saat kesendiriannya diruang inap rumah sakit, Bening menerima telepon dari Rain.
“kring… kring.. ‘ dering handpone Bening.
“hai sayang..” ucap bening saat menjawab telpon.
“ hai.. gimana keadaannya da baikkan?”
“udah..”
“baguslah.. oya, maaf ya mas gak bisa nemenin hari ini soalnya masih ada kerjaan kantor yang belum selesai”
“o.. yaudah gak papa.”jawab Bening.
“oya, ada suatu hal yang mas harus sampaikan padamu ning,” ucap rain dengan nada rendah.
“ Ada pa sayang, kelihatannya serius banget..” sahut Bening.
“ini berkaitan dengan hubungan kita, mas tidak bisa lagi menemani dan menjaga cinta kita. Karena ada suatu alasan yang sulit untuk mas jelaskan. Pastinya ini menyakiti hatimu, tapi mungkin inilah yang terbaik untuk kita saat ini. Mas hanya bisa meminta maaf kepada mu” ungkap rain.
Sejenak Bening terdiam mencoba berpikir dan memahami, lalu ia berkata “tak perlu mas jelaskan, aku mengerti apa alasan mas. Bila itu memang inginmu,maka ku berterima kasih atas perhatian dan cinta yang tlah mas beri selama ini, karena aku pun menyadari kalau kini aku tak sepantas dulu..” Bening menutup teleponnya diiringi tetes air mata yang membasahi pipi nya.

Dunia pun seakan ikut merasakan perih hatinya, hingga awan menurunkan hujan sebagai petanda rasa simpatik mereka.
Setelahnya, bening hanya berdiam menatap hujan dari balik jendela kamar rumah sakit sambil berusaha menahan tetesan air mata yang seakan tak mampu untuk berhenti menetes.
Ditengah kebisuan dunianya, terdengar lirih suara dari arah pintu kamar ruangan.
“Jangan memandangi hujan dengan air mata, karena mereka sudah cukup basah.. tapi pandangi dengan tatapanmu yang paling indah. Karena hujan kan segera reda dan awan mendung segera tiada, lalu saatnya muncul langit biru yang indah dengan warna-warni pelangi yang mempesona ”. sentak bening menoleh kearah pintu dimana suara itu berasal. Ia terkejut,ternyata kata-kata itu di ucap oleh langit yang sambil berjalan menghampiri dirinya.
“ hai.. aku membawakan rujak kesukaan kamu. Walau tanpa bengkoang, mereka akan tetap dinamakan rujak. Begitu halnya ketulusan perasaanku kepadamu.” Ungkap langit sambil duduk di sebelah bening.
Bening hanya mampu memberi senyum, saat kesedihan dan kebahagian harus datang bersamaan..



nur efendi

kelas jahil (kertas, uang, kopi dan .....)


Bagaikan memiliki fasilitas AC di ruang kelas, udaranya yang membelai wajahku seakan membawa anganku melayang jauh menikmati suasana pantai yang biru dengan deburan ombak menghempas bebatuan karang.
‘brurrrrr…’ ombaknya menghempas, menyadarkanku bahwa sebenarnya aku sedang berada diruangan kelas ( pantesan banyak siswa yang berebut tuk dapat tempat duduk di dekat jendela?)
‘ selamat siang anak-anakk!’ guru pelajaran tehnik gambar memasuki ruang kelas.
‘siang pak!” sahut kami beramai-ramai.
‘Pudun… bagikan kertas ini ke teman-temanmu.’
‘ baik pak…’ jawab Pudun( nama ketua kelasku)
Seperti biasanya, itu adalah kertas contoh skema bahan yang harus kami gambar dengan skala yang lebih besar pada kertas A4 yang sebelumnya telah ditandatangani guru tersebut. Agar diketahui, harga perlembarnya Rp500 ( yg mahal tanda tangannya, dah cem artis aja tu guru!). Andai saja pelajaran tehnik gambar ini seperti pelajaran menggambar tingkat SD dulu pasti akan lebih mudah, tinggal corat-coret,lingkar sana-sini, zig-zag, dan arsiran lalu jadilah gambar pemandangan pantai dengan gunung dan jalan setapaknya.
Tapi tentiu saja ini sudah pasti berbeda, perlu detail,pemahaman tentang bentuk dan pengukuran yang tepat. Kerumitan inilah yang membuat banyak dari kami harus mengulang untuk menggambar lagi,lagi dan lagi sampai pak guru tersebut menganggap gambar yang kami buat telah benar.
Setelah memberikan tugas, guru itu malah keluyuran pergi kekantin yang terletak tak jauh dari ruang kelas kami dan meninggalkan minuman the manis dan tas kerjanya yang berisikan setumpuk kertas A4 kosong di atas meja. Hal ini dimanfaatkan baik oleh kami. Dikomandoi Pudun sebagai pimpinan misi penting ini.
‘ woi!! Gimana keadaan diluar?’ tanyanya pada dua orang siswa yang bertugas di pintu kelas untuk mengawasi keberadaan guru tehnik gambar tersebut.
‘ AMAN…’ sahut mereka bersamaan, sembari menunjukkan jempol mereka.
Seketika itu juga, meja guru tersebut di serang. Para siswa telah berkerumunan disana, mereka berusaha untuk mengganti nilai tugas mereka minggu lalu, dengan sedikit sentuhan artistic yang berdaya seni tinggi, mereka mampu merubah angka 6 dan 5 menjadi nilai 8 bahkan ada yang menambahkan nilai koma 5 dibelakangnya karena merasa masih belum puas.
Aku dan ada beberapa teman lainnya tak perlu melakukan hal itu, sebab tanpa dirubah pun nilai kami sudah cukup baik ( hee.. he.. kesombongan yang memuncak)
Tapi sebagai murid yang solider, akupun ikut ambil bagian dalam penggelapan beberapa lembar kertas A4 yang juga ada di dalam tas tersebut.
‘ daripada harus bayar Rp500..’ ucapku dalam hati.( maklum.. uang saku siswa dimasa itu belum sesuai dengan OMS atau ongkos minimum siswa)
‘Mmmm.. dasar apes!’ ucapku setelah mengetahui ternyata kertas tersebut belum ditanda tangani.
Tak kehabisan akal, aku pun meminta bantuan pada teman sebangku. Budi namanya, ia memiliki kemampuan analitis dan kreatifitas dengan tingkat keakuratan 0,05%( ha..ha.. cem jangka ukur aja!)
Ia bisa meniru dengan akurat tanda tangan guru tersebut( mungkin saja nantinya ia bisa bergabung dalam sindikat pembobol rekening dengan tehnik pemalsuan tanda tangan.. ha..ha.. canda bud?).
Ternyata tak hanya misi perubahan nilai dan penggelapan kertas gambar yang mereka lakukan, tapi juga ditambah aksi balas dendam. Beberapa murid yang jengkel, benci, atau sekedar tak suka melihat tampang guru tu yang cuek, berani mencampur minuman guru tersebut dengan kapur tulis dan beberapa resep iseng lainnya yang mereka dapati disekitar ruangan kelas tersebut. Dengan beberapa ucapan mantra yang dibacakan sambil mengaduk minuman agar tercampur dengan rata( macam dukun lah gayanya…)
Tak lama berselang pak guru itupun kembali keruangan kelas.
‘ sudah selesai tugasnya??’ ucapnya sembari langsung saja meneguk teh manis tersebut. Ia sempat berhenti meneguknya, mungkin ia merasakan keganjilan pada minumannya.
Jantung kami pun berdegub tak beraturan karena ketakutan, kalo saja bapak itu curiga dan memeriksa zat kapur yang mengendap di minumannya maka kami bakal kena hukuman berat.
Tapi karena mantra yang telah kami bacakan sebelumnya membuat rasa curiganya hilang dan akhirnya keambali meminumnya hingga habis.
Rasa cemas pun mendadak berubah menjadi ceria.
Sebagian murid tertawa kecil dan sebagian lagi wajahny memerah menahan tawa
( mmm… dasar murid tak berbakti).
Bila kelak guru tersebut terserang TBC, mungkin kamilah yang harus bertanggung jawab.
Tapi syukurnya guru tersebut malah tampak lebih sehat. Amin…
(berarti guru nya yang harus berterima kasih atas ramuan kami. Hee… hee)




Mohon maaf,
Tidak ada maksud menyinggung atau melecehkan siapapun dalam catatan ini.

Nur efendi

dilema mereka ditoilet umum

Seperti kena serangan boom Nagasaki, ledakan hebat telah terjadi didalam perutku radiasinya telah menyebar keseluruh tubuh, menyerap habis darah dan ketegaran di diriku.
“ mmm.. gawat ni, kalau ampek tercirit” ucapku dengan muka pucat yang seakan takut kalau ampek mall ini tercemar radiasi.
Perlahan tapi pasti, ku segera tuju toilet di mall itu.
Lokasi telah ditemukan!
“ngapain tu?” Tanya ku dalam hati, saat melihat ada seseorang yang berdiri diantara pintu masuk toilet pria dan wanita.
Rok dan rambut panjangnya menunjukkan kalo dia itu wanita,tapi postur tubuh dan otot yang terlihat di tangannya serta betis pemain bola itu menunjukkan kalo dia itu pria.
Sejenak aq bingung.
“ apa mungkin itu ade rai yang sedang pakek rok??” tanyaku di hati.
Tak bisa berpikir lebih lama lagi karena reaksi nuklir yang tersimpan diperutku mulai bocor dan menyebar ke udara.
“ permisi mbak..” ucapku sambil berjalan menuju pintu toilet pria sembari melihat kearahnya untuk memastikan kegundahan yang berkecamuk dalam hatiku.(ha.. ha.. agak di dramatiskan)..
Terkejut! Mungkin itulah kata yang mampu menggambarkan tampangku saat itu.
Teryata dia anggota CCIN1 ( cewek cowok dalam 1 badan)
Di dalam toilet, sambil mendeportasi bahan nuklir di perutku ke dalam ruang penyimpanan bawah tanah mall itu.
aku pun mencoba berargument sendiri.
“nggak kebayang betapa berat beban hidupnya, seperti halnya saja saat ini. Pasti dia telah berdiri satu jam disitu hanya untuk memutuskan harus memilih yang mana, toilet pria atau wanita??. Semua kemungkinan negatif pasti telah di pikirkan nya terlebih dahulu, misalnya saja bila dia memutuskan memiilih masuk toilet wanita. Pasti akan terjadi keributan besar di dalam sana, saat wanita-wanita yang juga berada di toilet itu melihat seseorang dengan pakaian wanita buang air kecil sambil berdiri?
Tentu mereka akan terkejut, berteriak histeris, pingsan bahkan mungkin harus dibawa ke psikiater untuk menjalani proses terapi.(tentu gak sampai segitunya). Atau malah mengangkatnya menjadi trendsetter posisi buang air kecil terunik buat wanita (He… he…). Tetap saja kemungkinan terburuk yang harus dihadapinya adalah mendapat pukulan tas tangan dari kulit buaya( untung aj udah jadi tas, kalo sempat masih berbentuk buaya?) atau tonjokan hak sepatu tinggi( yang dikenal karena keruncinganny sehingga mampu menancap di tembok), bahkan jambakan khas ibu-ibu, karena dianggap telah melanggar batas privasi mereka. Atau malah dia harus ditahan security mall atas dugaan sebagai pelaku pembuat video kamar mandi dengan modus menyamar yang akhirnya memaksa dia menunjukkan kartu anggota CCIN1 nya agar mrk percaya.
Dan andai dia harus memutuskan untuk masuk ke toilet pria, tentu saja itu berlawanan dengan kata hatinya yang dengan sungguh ingin berusaha sekuat mungkin menjadi wanita tulen. Terkejut? Itu pasti juga dirasakan oleh pria-pria yang berada di dalam.
Tak seheboh wanita, pria cenderung cuek dan menyimpan rasa kagetnya dalam hati saja.hanya sedikit tertawa-tawa kecil saat melihatnya harusnya buang air kecil dengan berdiri sambil menaikkan rok, bukan menurunkan celana seperti layaknya yang dilakukan pria pada umumnya. Dan mungkin kehadirannya bisa mengganggu proses buang air kecil pria di sebelahnya yang seharusnya membutuhkan kosentrasi penuh (agar menghasilkan semburan total), atau pria di sebelahnya lagi yang mendadak menjadi ingin tau dan terus mencoba berusaha mencuri pandang melewati pembatas yang hanya setinggi dada untuk memastikan beneran cowok atau cewek sich? Sambil mendengarkan bunyi cipratan air yang keluar sembari menghitung dengan rumus:
[ semakin panjang pipanya maka cipratan semakin halus = 99%cowok]
[semakin pendek pipanya maka cipratan sedikit kasar = msh tetap 75%cowok]
[tanpa pipa maka cipratan kasar dan menyebar = 99%cewek]” Itulah argumenku selama di toilet..
Proses deportasi nuklirku pun sudah selesai. Saat membuka pintu, aku terkejut.
Ternyata anggota CCIN1 tadi sedang buang air kecil dengan posisi tepat seperti yang aku pikirkan. Sambil tertawa-tawa kecil, aku mencuci tanganku di wastapel yang terletak disampingnya.
“KETAWAIN APA!?” Tanya nya dengan nada cowok. Aq mendadak diam dan bergegas keluar.
end

Mohon maaf bila ada yang tersinggung,
Ini dibuat hanya untuk hiburan saja
Tanpa maksud melecehkan..
Nur efendi

mr. telat


Telat, seolah menjadi kebiasaan buatku di masa sekolahan dulu. Seandainya saja ada mata pelajaran telat, mungkin aku yang kan mendapat nilai tertinggi.
Telatku baru dimulai setelah masuk kelas 2 STM, soalnya di kelas 1 masa nya buat mengobservasi sekolah sehingga menuntutku untuk datang lebih cepat karena harus mengumpulkan data,menganalisa sifat-sifat guru, memahami kondisi dan kebiasaan mereka, menemukan letak kelemahan sistem keamanaan di sekolah itu, mencari tahu tempat yang berpeluang buat kabur, dan mengumpulkan anggota (he.. hee.. udah macam jaringan teroris tingkat sekolahan aja).
Perjalanan dari tanjung morawa ke sekolahku di medan kurang lebih memakan waktu 45 menit tidak termasuk macet dan kesiangan. Pukul 07.10 wib bel sekolah telah di bunyikan tapi aku masih di perjalanan.murid yang masuk disaat itu berada dalam kawasan kuning, yang berarti hanya mendapatkan hukuman ringan. Hanya boleh masuk bila telah mengumpulkan sampah digenggamannya. Sedangkan aku baru tiba di sekolah pada pukul 07.30 yang berarti berada dalam kawasan merah. Guru BP yang bertugas saat itu mmemiliki postur yang unik, perutnya condong kedepan alias buncit(mmm… aku sempat berpikir mungkin saja bapak itu punya masalah dengan susah buang air besar, sehingga hanya mampu 2 kali buang air besar dalam sebulan lalu mengakibatkan penimbunan sisa makanan di perutnya.Hee.. hee. Bercanda pak?)
‘kenapa kamu terlambat?’ Tanya nya padaku.
‘maaf pak, susah dapet angkot nya, begitu dapat malah terjebak macet. Padahal saya berangkat dari rumah pukul 06.00 lo pak( mmm.. alasan standart)’ jawab ku.
‘kalau begitu, Besok berangkatnya lebih cepat!’ tambahnya.
Tanpa bertanya lagi, dia pun lalu menyuruhku berjalan jongkok mengitari halaman depan sekolah (mau lepas rasanya dengkul ni…) dan setelah itu memberi cubitan khas di perut yang sakit sekali serasa langit runtuh di kepalamu dan petir menyambar tubuhmu serta matahari membakarmu(halah.. lebay!!).
Keesokannya akupun terlambat lagi.
‘kenapa kamu terlambat lagi’ Tanya nya.
‘saya sudah berangkat lebih cepat seperti yang bapak bilang, tapi ada halangan di jalan pak? Ada truk pengangkut tepung yang terbalik di jalan. Karung-karung tepungnya berserakan, mungkin karena muatannya yang terlalu banyak dan tak memenuhi standart keamanan sehingga membuat truk itu terbalik saat menikung. Untung tidak ada yang terluka, tapi akibat kejadiaan itu terjadi kemacetan yang cukup panjang dan menyibukkan para polisi untuk menstabilkan keadaan’ jelasku padanya( berharap ia akan tertarik dengan beritaku dan melupakan hukuman buatku). Mmm… tapi tetap aja aq mendapat hukuman yang sama.
Besoknya lagi, besoknya lagi dan besok-besoknya lagi, aku selalu memberi alasan yang bervariatif(seperti koki yang selalu berusaha menyediakan resep-resep yang baru), tapi tetap aja mendapat hukuman yang sama.
Tapi kali ini berbeda karena ini hari senin, yang berarti akan ada upacara bendera yang pelaksanaannya dimulai lebih cepat.
Baru tiba di luar gerbang, aku sudah mendengar pidato kepala sekolah yang menandakan upacara akan segera selesai. Terlihat pula murid-murid yang tergabung dalam MUHOLAT(murid-murid hobi telat) telah di bariskan di tempat-tempat tersendiri sesuai dengan urutan lamanya waktu terlambat mereka.
Kebayang olehku andai saja aku masuk, tentu aku akan berdiri sendirian di belakang karena menjadi murid yang paling-paling terlambat. Tentu juga harus menerima hukuman lebih, dari para guru BP yang kebetulan berkumpul semua. Cubitan khas dari bapak dengan perut terseksi sesekolahan,jepretan rotan dikaki dari bapak yang memiliki kepala terlicin sedunia(yang terkadang digunakan sebagai cermin oleh guru-guru yang lainnya saat mereka ingin bercukur), serta omelan panjang dari ibu BP (yang mungkin selalu melatih dirinya dengan makan cabai sekilo dalam sehari hanya untuk menghasilkan omelan yang sepedas itu).
Aku putuskan menunda masuk dan memikirkan cara lain buat masuk tanpa di hukum.
Setelah upacara selesai dan semua murid kembali masuk ke ruangan nya masing-masing tapi aku masih menunggu diluar gerbang.
Aku pun menitipkan tasku pada pemilik kedai kopi di depan sekolahan dan menyelipkan sebagian buku di balik seragamku. Dengan meninting lembaran kertas fotocopy, aku berjalan perlahan mencoba untuk menembus benteng pertahanan sekolah( post satpam) sembari memperhatikan kondisi di sekitar.
Para guru BP terlihat sibuk menghukum para siswa yang terlambat tadi, hal ini sungguh mempermudahku dalam menyelesaikan tugas Negara ini.
‘hei.. dari mana kamu?’ Tanya satpam sekolahku.(ingin rsanya mengeluarkan senjata canggih dan membuatnya membeku seperti yang dilakukan agen-agen rahasia dalam film barat).
‘baru dari tempat fotocopy pak?’ jawabku sambil menunjukkan kertas fotocopy yang ku pegang tadi(sebenarnya itu kertas ulangan ppkn minggu lalu). Ia pun percaya tanpa rasa curiga, mungkin karena melihat wjahku yang polos, baik hati, tampan ,menawan, jujur dan kelihatan berwibawa. (He.. hee…NARSIS)
Aku pun berjalan tenang sembari tersenyum karena telah berhasil masuk.
Namun ternyata Tuhan berkehendak lain.
‘ fendi!!’terdengar suara memanggil dari arah belakangku.
mmm.. ternyata dari guru BP berperut seksi.
‘ kamu terlambat kan! Jangan berharap bisa ngelabui bapak. Sini kamu!’
Aq pun terdiam dan tak mampu membela diri sebab ia lebih tau akan kebiasaan terlambatku. Selanjutnya akupun mendapatkan hukuman dari masing-masing guru BP.
Begitulah seterusnya rutinitas yang ku jalani ditiap pagi hingga akhir masa sekolahku. Untungnya kebiasaan itu sekarang telah hilang. bukan kebiasaan telatnya yang ku takutkan, tapi kebiasaan mengumpulkan sampah di tiap pagi.
Gak kebayang kalo sekarang tanpa sadar ngumpulin sampah-sampah di sepanjang jalan menuju tempat kerjaku( mmm… dikirain PU pulak aku nanti?)


Thnk’s buat enok dan riki yang tanpa sengaja maupun tanpa disadari,mrk tlah ikut membantu mengembangkan kebiasaan telatku( hee… jangan ditiru ya?)

Nur efendi