Senin, 13 Juni 2011

angker bin keblinger

Malam ini parakancil berkumpul di pinggir jalan menyaksikan mobil-mobil yang mulai jarang melintas.
“Om, coba lihat tu!”
“Itu apaan”.
“Gundukan tanah bekas galian kabel, bisa kita kerjain ni?” ucap zul sembari menunjuk kearah halaman warung mbak Susi.
“ya…ya…ya… bisa juga tu!” ucap tengku seakan mengerti isi pikiran Zul (maklum, sesama mahluk iseng pasti sering nyambung).
Mereka bergerak.
Mawan yang belum mengerti maksud pikiran kedua orang itu malah ikut saja.
“Kita mo ngapain?”
“Ko lihat gundukkan ini, mirip apaan coba?” tengku menunjuk.
“Cem kuburan, mang napa?” ucap mawan polos.
“Tu tau, sekarang akan kita buat lebih mirip lagi” jelas tengku.
“Oh gitu!” ucap mawan sambil tersenyum, seakan telah menyatu dengan pikiran iseng tengku dan Zul,“tapi, apa nggak terlalu seram kalo kita jadikan kuburan?”
“Seram gimana, ini kan cuma kuburan bohongan!”.
Tiba-tiba saja listrik padam. Suasana desa pun tampak gelap dan menyeramkan, hanya sinar rembulan redup menyinari.
“Tu kan! batalin aja ide konyol itu”pinta mawan.
“Mmm… penakut ko! Di zaman modern gini masih aja percaya ama tahayul”
“aku jadi teringat satu cerita ni”tambah tengku.
“Cerita apaan?”
“Di daerah Karawang ada seorang pemuda yg meniggal dunia, dipandangan masyarakat dia terkenal pemuda yg selalu berbuat maksiat..
akan tetapi setelah dikuburkan, pada sore harinya seseorang mendengar suara mengaji dari dalam kubur pemuda tersebut. Warga terkejut, seakan tidak percaya dengan keanehan yang sedang terjadi di kampung mereka karena suara itu selalu terdengar dari dalam kuburan pemuda tersebut tiap magrib dan shubuh. Atas kesepakatan masyarakat, dibongkar lah kuburan si pemuda itu. setelah dibongkar, ditemukan sebuah hanpone di dalam kuburan tersebut dan setelah di periksa ternyata
HP ISLAMI itu milik tukang gali kubur yang terjatuh didalam. He…he…”
“Mm… sialan, padahal udah serius kali aku ngedengernya !”
Zul yang tiba-tiba hilang, datang dengan membawa batu berbentuk lonjong yang didapatkannya entah dari mana.
“Nah, ditaruh ini biar lebih mirip kayak kuburan”
“O.. jadi batu nisan maksud mu. Ha…ha… tapi ko dapat dari mana tu batu?” mawan bingung.
“Ya, ku beli dari panglong lah! He...he…” jawabnya.
“Suka ati mu lah. Tapi masih ada yang kurang, ntar dulu ya”ucap mawan yang mendadak tertarik untuk berpartisipasi.
Ia berlari keseberang jalan, memetik bunga-bunga yang tumbuh di pinggiran selokan dan membawa nya dengan kantong plastik.
“He...he…”sambil tertawa kecil ia menaburkan bunga-bunga ke atas gundukkan tanah.
“wkwkwkwkw…”
Tengku memungut botol minuman ringan di sebelahnya dan menaruh di atas gundukkan sambil berpura-pura membaca doa yang terdengar jelas ngelantur.
“Amin..”ia mengakhiri doa.
“Oya, terlintas pertanyaan ni di kepalaku?”ucap zul.
“Pertanyaan apaan? biasanya ko kan jarang mikir”
“Iye lah… puaskan lah kau meledek ku… Pertanyaan nya, kenapa ya kalo orang mati harus di kubur dalam-dalam, paling tidak harus 2 meter lebih?”
“entah! Mungkin agar aroma busuk nya nggak ke cium” jawab mawan.
“Kalo menurut temen para ahli biologi dan pertanian yang pernah aku tanyakan hal seperti ini, dia berpendapat bahwa hal tersebut di karenakan negara kita ini tanahnya subur, sedangkan lapisan yang banyak HUMUS adalah lapisan tanah yang kedalamannya kurang dari 1meter. Jadi, kalo orang mati di tanam pada kedalaman kurang dari 1 meter maka dikuatirkan akan TUMBUH KEMBALI!” jelas tengku.
“?!?!?!?!? Gila ko!”
Wkwkwkwk…
“Bercanda aja klen. Oya, kalo cuma satu kurang heboh cuy? Gimana kalo kita buat lagi di gundukkan yang lainnya.” usul mawan.
“Boleh tu! Jadinya kan kuburan massal” sahut Zul.
Mereka menuju gundukkan tanah lainnya yang ada di sepanjang jalan itu.
‘simsalabim.. sekejap saja semua gundukkan disulap menjadi seperti kuburan.
Mereka tertawa terbahak-bahak.
Baru beberapa langkah meninggalkan gundukkan tanah yang terakhir, mawan mendengar suara bernada rendah.
“Hai.. kalian..”
Mawan menghentikan langkahnya.
“Kalian dengar suara itu?”
“Suara apaan…”
Suara yang sama pun terdengar kembali dari arah rumah bang toyir.
Mereka pun bersamaan memandang kearah rumah bang toyir yang berpagar besi.
Tak ada siapa-siapa, hanya gelap sebab listrik padam sudah dari tadi.
“woi, serem banget ni. Ada suara tapi nggak ada wujudnya?” ucap mawan yang perlahan mendekat ke tengku.
“ting...ting...ting...”suara denting besi jerjak jendela yang dipukul.
Kami perlahan berjalan mendekat ke pagar dan memandang dengan seksama kearah jendela.
“siapa tu!! Setan apa orang?”ucap zul.
“Oooraang…”sahutnya, “ha…ha..”
“Siapa si lo!” ucap Zul kesal.
“woi.. ini abang!! Ada yang punya korek api nggak?”sahut bang Toyir dari dalam.
“O.. bang Toyir?” mereka menarik napas lega.
“Ada bang” zul Mengeluarkan korek api dari dalam kantong celananya.
Bang toyir keluar sambil membawa lampu teplok yang ingin di nyalakan.
Setelah merasa cukup dengan keisengan dan sedikit olah raga jantung akibat ulah bang Toyir. mereka pun memutuskan untuk bubar sedangkan hari sudah mulai pagi.



***
Kala matahari mulai menampakkan sinarnya, biasanya di jam seperti ini mbak Susi berangkat untuk ke pasar. Sungguh sangat terkejut mbak Susi saat ia membuka pintu.
“Astagfirullah! Mas..mas…” teriaknya kaget.
Suaminya datang menghampiri.
“Ada apa dek?”
“Ada kuburan mas, siapa yang ditanam ya?” ucap mbak Susi polos.
“Ini sich gundukkan tanah bekas galian. Siapa yang buat jadi cem kuburan gini?”
Tiba-tiba wak Oni menghampiri.
“O..disini juga ada, kirain disana aja. Kok musim kuburan ya?”ucap wak Oni sambil terus melangkahkan kaki nya.
Mbak Susi dan suaminya hanya melongo.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar